Timika, Antarpapua.com – Stunting adalah gangguan pertumbuhan kronis pada anak-anak yang ditandai dengan kekurangan gizi sehingga tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.
Dokter Spesialis Anak, dr. Carrina N. Dewanti, Sp. A, mengungkapkan berdasarkan data nasional tahun 2023, Papua Tengah menduduki stunting tertinggi dari 21, 5 rata-rata penduduk Indonesia.
Hal ini bisa disebabkan karena dua faktor yang pertama nilainya tinggi karena laporan yang rutin dilakukan oleh para petugas kesehatan dan yang kedua bisa juga karena memang pola hidup yang kurang sehat dari segi akses gizi yang tidak layak, ungkapnya saat diwawancarai usai memberikan materi, Sabtu (7/9/2024).
Di Kabupaten Mimika sendiri angka stunting berada di 10 persen dari target nasional 16 persen di tahun 2023 namun per bulan mei 2024 naik menjadi 11,1 persen, ucap Carrina kepada Antarpapua.com.
” Anak stunting pasti pendek, tapi tidak semua anak pendek itu stunting, pada intinya anak stunting itu pendek dan kurus.”
Faktor resiko anak bisa dikatakan stunting karena komposisi asi yang tidak diterima dengan baik, terpapar asap rokok dan imunisasi dasar tidak lengkap.
Untuk mengatasi hal itu pertama adalah dengan memperbaiki dulu gizinya. Lebih diperhatikan lagi asupan gizi yang tinggi kalori untuk diberikan pada anak.
Faktor lain juga bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua, tingkat kemiskinan dan air yang tidak bersih.
” Zat gizi pertama yang harus dibutuhkan anak adalah protein, karbohidrat dan lemak,” terangnya.
Pemberian multivitamin dan mineral itu belakangan, karena dari sudut pandang kedokteran pemberian sayur-sayuran pada anak di bawah satu tahun harus dalam porsi terkecil, ujarnya.
Sayur-sayuran dalam porsi banyak bisa menghambat pertumbuhan anak.
” Pemberian edukasi kepada orangtua juga sangat penting dilakukan untuk tahap tumbuh kembang anak sehingga bisa mengurangi stunting itu sendiri,” pungkasnya. (Lyddia Bahy)