HEALTH  

Bullying pada Orang Dewasa dan Cara Mengatasinya

Antar Papua
(Foto: Internet)

Antarpapua.com – Tak hanya anak-anak, bullying juga bisa terjadi pada orang dewasa. Bentuk bullying pada orang dewasa bermacam-macam, seperti perlakuan kasar dari rekan kerja atau orang lain, intimidasi dari atasan, bahkan hinaan dari anggota keluarga.

Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja dan berulang, hingga menyebabkan orang lain merasa tidak nyaman, bahkan mengalami cedera. Bentuk bullying ini bisa berupa kontak fisik atau kata-kata yang membuat seseorang merasa terhina, tertindas, atau diremehkan.

Banyak orang menganggap bahwa perilaku bullying hanya dialami oleh remaja dan anak-anak. Nyatanya, orang dewasa juga bisa mengalami bullying. Efek bullying tak hanya menimbulkan rasa malu, melainkan juga bisa menghancurkan reputasi, karier, dan kehidupan korban ke depannya.

Bentuk Bullying pada Orang Dewasa

Sama seperti pada anak-anak, bullying pada orang dewasa juga biasanya dilakukan oleh orang yang merasa memiliki kekuatan lebih, seperti atasan, orang yang lebih tua, atau pasangan. Bullying dilakukan untuk membuktikan kekuasaan pelakunya maupun balas dendam karena pernah menjadi korban bullying.

Berikut ini adalah beberapa bentuk bullying pada orang dewasa yang umum terjadi:

1. Bullying secara fisik

Bullying jenis ini dilakukan oleh pelaku dengan menyerang korban secara fisik, baik dengan kekerasan, ancaman, maupun pelecehan.

Contoh perilaku bullying fisik ini meliputi pemerasan, pemerkosaan dalam pernikahan, pelecehan seksual di tempat kerja, melempar benda di depan korban, dan serangan fisik.

2. Bullying secara verbal

Hinaan yang bertujuan untuk mempermalukan korban merupakan jenis bullying verbal. Pelaku akan terus-menerus mengkritik atau mengejek korbannya dengan bahasa yang bersifat seksis, rasis, homofobia, atau ancaman.

3. Bullying secara materi

Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh pelaku yang memiliki kekuatan formal (jabatan) atau pengaruh tertentu, seperti hukum, keuangan, dan informasi.

Dengan kekuatannya inilah, pelaku dapat mengendalikan korban dalam bentuk ancaman atau pelecehan. Bullying jenis ini sering terjadi dalam lingkup pekerjaan.

4. Bullying pasif-agresif (terselubung)

Pada orang dewasa, bullying pasif-agresif ini mungkin sering terjadi, tetapi jarang disadari. Contoh dari bullying terselubung ini antara lain bergosip atau melontarkan lelucon negatif dengan korban sebagai objeknya, meniru perilaku korban untuk mengejek, membuat korban merasa tidak nyaman, mengucilkan korban, atau mengisolasi korban dari lingkup profesional.

Baca Juga |  Mengenal Lebih Dekat Suku Dani dari Papua

5. Cyberbullying

Siapa pun yang memiliki akses internet bisa mengalami cyberbullying. Korban sering kali tidak mengenal pelaku cyberbullying karena pelaku biasanya bersembunyi di balik akun-akun palsu. Pelaku akan melontarkan hinaan atau kata-kata yang merendahkan korbannya lewat media sosial atau pesan instan.

Cara Mengatasi Bullying

Bagi korban, bullying dapat menyebabkan cedera fisik, meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, keinginan untuk menyakiti diri sendiri, bahkan bunuh diri. Apabila Anda menjadi korban bullying, berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi perisakan:

Berani membela diri

Membela diri berarti Anda harus siap untuk menghadapi pelaku bullying dengan kepala dingin. Jujurlah bahwa Anda tidak suka diperlakukan dengan buruk dan jelaskan alasannya. Jangan terbawa emosi saat sedang berdiskusi dengan pelaku bullying karena hal tersebut dapat memperkeruh keadaan.

Jangan pula terpengaruh jika pelaku justru melakukan gaslighting dengan menuduh Anda tidak realistis, egois, dan terlalu sensitif. Tuduhan ini hanyalah upaya untuk mengendalikan dan memanipulasi situasi. Jadi, tetaplah kuat dengan menjaga kontak mata, berdiri tegak, dan memasang ekspresi wajah yang netral.

Selain itu, kuasai diri dan tahanlah emosi agar apa yang ingin Anda sampaikan kepada pelaku bullying berjalan dengan lancar. Namun, Anda juga harus siap jika apa yang didiskusikan tidak sesuai harapan karena tidak semua hal bisa kita kendalikan.

Ciptakan batasan dengan pelaku bullying

Menghindari interaksi dengan pelaku bullying dapat membantu Anda mengurangi beban emosional dan rasa sakit hati. Hapus pertemanan atau blokir kontak pelaku bullying agar mereka tak bisa lagi menghubungi Anda.

Apabila memungkinkan, jauhi pelaku bullying dan jangan ciptakan kesempatan untuk bertemu lagi. Namun, jika pelaku bullying adalah keluarga atau atasan tempat Anda bekerja, hindari basa-basi yang menciptakan celah bagi mereka untuk menghina atau mengintimidasi Anda.

Baca Juga |  Hiking, Aktivitas Outdoor yang Bermanfaat bagi Tubuh

Simpan semua bukti perilaku bullying

Dokumentasikan semua hal yang bisa menjadi bukti bullying, seperti tangkapan gambar di media sosial atau pesan instan. Bukti-bukti ini bisa membantu Anda jika merasa tidak aman dan ingin membawa kasus bullying ke ranah hukum.

Jangan ragu pula untuk meminta dukungan dari orang yang Anda percaya. Ceritakan kepada mereka tentang bullying yang Anda alami. Tak hanya untuk mendapatkan dukungan emosional, tetapi mereka juga bisa memberikan perspektif dan saran agar Anda merasa lebih tenang.

Tak perlu takut akan dihakimi orang lain karena semua yang Anda rasakan itu valid. Rasa takut, terhina, dilecehkan, direndahkan, atau tersakiti semuanya nyata dan benar Anda rasakan.

Perlu diingat bahwa bullying ini bukan tentang Anda, dan bukan pula tentang kesalahan atau kekurangan Anda. Semua ini murni dari pelaku dan permasalahan yang mereka hadapi. Jadi, berhentilah untuk menyalahkan diri sendiri.

Bullying bisa dialami oleh siapa pun. Meski bukan Anda korbannya, perhatikan lingkungan sekitar dan kenali tanda-tanda bullying yang dialami orang-orang terdekat Anda.

Tanda bullying ini bisa berupa adanya luka di bagian tubuh yang ditutupi, menurunnya konsentrasi saat bekerja, atau terlihat cemas saat berada dalam situasi tertentu.

Apabila Anda atau orang terdekat mengalami bullying, tetapi beberapa cara di atas tidak mampu mengatasinya, konsultasilah ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan pendampingan. Terutama jika bullying yang dialami sampai menyebabkan cedera pada tubuh, stres, depresi, atau gangguan kecemasan.

(*alodokter.com/Antarpapua.com)

Cek juga berita-berita Antarpapua.com di Google News