Antarpapua.com – Tak hanya berdampak negatif pada kondisi psikologis atau kesehatan mental, depresi juga dapat merusak otak penderitanya. Sejumlah penelitian menemukan bahwa orang yang mengalami depresi rentan mengalami penuaan dini pada otak serta gangguan fungsi otak.
Depresi adalah gangguan suasana hati atau mood yang membuat cara berpikir dan perilaku seseorang berubah menjadi lebih murung, tidak semangat menjalani hidup, bahkan muncul ide atau percobaan untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
Gejala depresi berbeda dengan rasa sedih atau duka biasa yang akan membaik dengan sendirinya. Tanpa penanganan yang tepat, depresi yang merupakan masalah kejiwaan serius dapat membuat fungsi otak terganggu dan merusak jaringan otak.
Beragam Penyebab Depresi yang Merusak Otak
Depresi bisa dialami oleh siapa saja, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa. Ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab munculnya depresi, seperti:
- Mengalami peristiwa hidup yang traumatis, misalnya perceraian atau kematian keluarga atau pasangan
- Menjadi korban kekerasan, baik kekerasan fisik, seksual, maupun bullying
- Ketergantungan obat-obatan dan minuman beralkohol
- Memiliki riwayat gangguan mental lain, seperti gangguan bipolar, gangguan kepribadian, dan gangguan kecemasan
- Adanya gangguan pada fungsi otak, misalnya pada kasus demensia atau stroke
- Faktor keturunan
Beberapa hal di atas dapat menyebabkan depresi karena pengaruhnya dalam merusak kinerja otak.
Ini Dampak Depresi pada Otak
Depresi yang tidak diobati dengan tepat dapat menimbulkan berbagai kerusakan pada otak, seperti:
1. Menyusutnya ukuran otak
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa depresi bisa membuat ukuran otak pada area tertentu menyusut. Penyusutan ini tergantung pada seberapa lama depresi itu terjadi dan tingkat keparahan depresi yang dialami. Bagian otak yang dapat menyusut adalah:
Hipokampus
Hipokampus bertanggung jawab menyimpan memori dan mengatur produksi hormon kortisol, yakni hormon stres yang akan diproduksi lebih banyak ketika tubuh mengalami stres, baik dari segi fisik atau emosional.
Normalnya, hormon ini akan meningkat jumlahnya di pagi hari dan menurun pada malam hari. Namun pada orang yang terkena depresi, hormon kortisol akan terus bertambah jumlahnya, baik pada pagi atau malam hari.
Thalamus
Bagian ini terletak di atas batang otak. Thalamus memiliki peran dalam memproses dan menyampaikan informasi pada saraf tubuh dan otak yang mengatur gerakan dan sensorik.
Amigdala
Bagian ini memiliki peranan untuk mengendalikan emosi, seperti rasa senang dan takut. Amigdala juga bertanggung jawab untuk memutuskan ingatan atau memori apa yang akan disimpan, dan di mana ingatan tersebut disimpan.
Otak depan
Ini adalah otak bagian depan yang bertugas untuk mengontrol fungsi kognitif, seperti ekspresi emosional, memori, bahasa, proses pikir, pemecahan masalah, serta libido atau hasrat seksual. Bagian otak ini juga berfungsi dalam membentuk ingatan.
Tak hanya bagian otak yang telah disebutkan di atas, depresi juga diduga berpengaruh pada kerusakan dan penurunan fungsi bagian otak yang lainnya.
2. Terbatasnya pasokan oksigen ke otak
Beberapa studi menunjukkan bahwa depresi berkaitan dengan dengan kurangnya kadar oksigen pada tubuh atau hipoksia yang dapat merusak jaringan dan sel tubuh. Seiring berjalannya waktu, kondisi ini dapat menyebabkan jumlah oksigen di organ tubuh berkurang, termasuk di otak.
Berkurangnya oksigen di otak pada penderita depresi diduga disebabkan oleh peradangan pada otak dan kurang lancarnya aliran darah di otak akibat depresi.
3. Peradangan pada otak
Depresi juga menyebabkan peradangan otak yang dapat membuat sel-sel otak mati, menurunkan kinerja dan fungsi otak, serta menghambat aliran darah. Namun, hal ini masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
4. Penuaan dini pada otak
Tak hanya peradangan di otak, depresi dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak, dan menghambat kemampuan otak untuk memperbaiki jaringan dan sel otak yang rusak. Hal ini dapat menyebabkan otak lebih cepat menua.
Oleh karena itu, jika dibiarkan terus-menerus, depresi dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia atau pikun.
Karena dapat menimbulkan kerusakan dan gangguan fungsi otak yang cukup berat, penderita depresi perlu segera mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan dari dokter kejiwaan atau psikiater.
Jika penanganannya dilakukan sejak dini, efek depresi terhadap kerusakan otak dapat dicegah. Namun jika sudah berat dan dibiarkan berlarut-larut tanpa penanganan, kerusakan otak akibat depresi cenderung akan lebih sulit untuk diobati.(*Allodokter.com/Antarpapua)