Timika, antarpapuanews.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika menyebut bahwa di tahun 2019 telah menemukan pasien sebanyak 1.775 orang berstatus Tuberkulosis atau TBC, sementara yang terduga ditemukan sebanyak 7.000 orang saat dilakukan pemeriksaan.
“Pada tahun 2019 lalu kami menemukan 1.775 orang TBC dan langsung dilakukan pengobatan. Kemudian untuk terduga kita sudah menemukan lebih dari 7.000 orang yang yang sudah kita periksa untuk TB saat ini,” ujar Wakil Supervisor TBC Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika Kamaludin, Kamis (3/9) diruang kerjanya.
Kamaludin menjelaskan, penyebab adanya TBC lantaran kuman dan bakteri yang disebut kuman mycobacterium tuberculosis. Kata Kamaludin, kuman dan bakteri tersebut dapat menular melalui droplet dan melalui udara.
“Kuman ini bisa terbang di udara, kemudian ketika orang satu rumah dengan pasien TBC dia tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dia bisa terkena TBC. Program kita saat ini adalah bagaimana melakukan investigasi kontak kepada semua pasien TBC supaya kalau ada anggota keluarga yang sakit bisa diobati secara cepat kemudian anak-anaknya bisa diberikan pencegahan,” tutur Kamaludin.
Kamaludin melanjutkan, dari data yang ada, kasus TBC tersebar di hampir semua wilayah di Kabuapten Mimika, namun yang terbanyak berada di Distrik Mimika Baru.
“Untuk pasien TBC yang paling banyak itu ada di Mimika Baru tetapi hampir seluruh daerah ada pasien TBC termasuk teman-teman yang ada di pesisir pantai itu juga ditemukan TBC, di gunung juga sudah ada pasien TBC,”
Ia menjelaskan, pada 2018 TBC berjumlah 1.571 orang kemudian naik di tahun 2019 menjadi 1.775, namun pada 2020 mengalami penurunan karena adanya pandemi Covid-19. Upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Mimika yakni bekerjasama dengan pihak swasta dalam penanganan kasus TBC di Kabupaten Mimika.
“Kami bekerjasama dengan swasta sebetulnya cukup banyak rumah sakit swasta sudah bergabung dengan program TBC sudah lama dan kontribusi mereka cukup bagus kemudian kami juga didukung oleh PT Freeport Indonesia untuk program TBC, mereka juga memberikan fasilitas kemudian support untuk suplemen nutrisi untuk pasien TBC kemudian bagaimana skrining TBC di daerah pegunungan di daerah pantai kemudian pemberian PP NH kemudian dan pengawasan pengawasan menelan obat untuk pasien,” ujar Kamaludin.
Ia berharap agar masyarakat kooperatif jika adanya gejala TBC batuk lebih dari 2 minggu dan segera melakukan pemeriksaan di Puskesmas karena pemeriksaan TBC gratis dan pengobatannya juga gratis.
“Kemudian kalau ada keluarga sanak saudara yang saat ini menjalani pengobatan TBC mohon untuk disupport supaya bisa menjalani pengobatan sampai selesai atau tuntas agar tidak menularkan kepada orang lain”
“Untuk pengobatan pasien TBC itu tergantung dari tipe pasiennya, kalau pasien baru belum pernah pengobatan sebelumnya itu kategori 1 dia bisa menyelesaikan pengobatannya selama 6 bulan kalau dia rutin minum obat tidak putus maka dia akan selesai dan sembuh dan nanti hasil laboratoriumnya negatif,” tuturnya.
Kamaludin mengatakan, pihaknya saat ini sedang menjalankan program pencegahan bagi anak-anak.
“Kemudian kita ada program namanya terapi pencegahan tuberkulosis yang rencananya akan di launching 2021 selama 3 bulan,” tutupnya. (Steve)