Timika, APN – Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika menggelar pelatihan pemberian obat malaria kepada ibu hamil.
Kepala seksi pelayanan kesehatan Primer dan rujukan, dr. Helena Burdam menjelaskan pemberian obat malaria kepada ibu hamil tanpa melihat ada gejala dan pemeriksaan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan selama kehamilan terkait dengan malaria, dan juga angka kematian baik ibu hamil dan janin.
“Pemberian obat kepada ibu hamil ini dilakukan pada trimester kedua sampai ibu melahirkan,” ujarnya saat ditemui wartawan disela kegiatan.
Pemberian obat malaria tersebut kata Helena merupakan implenentasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Pengembangan Kesehatan dan Masyarakat Papua (YPKMP)sepanjang 2014-2016.
Menurut hasil penelitian tersebut pemberian obat malaria pada ibu hamil dapat menurunkan kasus seperti berat badan lahir rendah, keguguran, lahir sebelum waktunya (prematur), kemudian penularan malaria dari ibu ke janin yang dikandungnya.
“Berdasarkan penelitian tadi Kementerian Kesehatan Indonesia memberikan instruksi kepada Dinas Kesehatan Daerah untuk menjalankan program implementasi penelitian sebelumnya jadi workshop ini adalah hari pertama pemberian pelatihan kepada 10 puskesmas di Kabupaten Mimika dalam menjalankan program tersebut,” jelasnya.
Helena mengatakan pemberian obat malaria disusun dengan kolaborasi pelayanan antar bidang di puskesmas seperti adanya penanggungjawab Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pemilah OAM, Farmasi, Malaria dan bidan.
“Pemberian obat malaria ini merupakan wujud dari keterpaduan pelayanan dari bidang kesehatan seperti Pelayanan kesehatan yang memantau pelayanan setiap puskesmas, program malaria yang turun dari bidang pencegahan dan pengendalian penyakit, dengan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan kelurga,” ungkapnya.
Peserta workshop sebanyak sepuluh puskesmas diharapkan dapat mengerti apa yang harus dilakukan dalam melaksanan pemberian obat malaria bagi ibu hamil.
“Kenapa mereka harus mengerti apa yang dikerjakan karena, ibu hamil itu nanti akan dilakukan screening untuk pemberian obat ini, pemeriksaan kemudian juga untuk memastikan tidak ada gejala, edukasi pun harus diberikan terlebih dahulu, selain itu pemberian ini juga harus dengan persetujuan,” jelasnya.
Obat tersebut kata Helena bukanlah obat jenis baru namun obat biasa yang sama diberikan kepada pasien malaria.
“Jadi ibu hamil itu hanya diberikan obat biru saja tanpa primakuin, jadi pencegahan lebih penting daripada mengobati,” ucapnya.
Dosis yang diberikan kata Helena diberikan tiga tablet obat selama tiga hari, kemudian setelah empat minggu diberikan kembali, hingga nanti melahirkan.
“Ibu hamil mendapat obat kira-kira empat sampai lima kali hingga melahirkan,” terangnya.
Helena juga menyebut berdasarkan penelitian YPKMP ada 16,8 persen ibu hamil dengan malaria di Mimika, namun data ini diambil pada kurun waktu 2014-2016 lalu.