Timika, antarpapuanews.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Mimika menggelar rapat evaluasi dengan tim peninjau kondisi tiga kampung Distrik Tembagapura.
Rapat evaluasi tersebut digelar guna menindaklanjuti hasil rapat dengar pendapat beberapa waktu lalu dimana DPRD, Keamanan, dan Pemerintah Kabupaten Mimika memutuskan untuk membentuk tim peninjau, guna memastikan keamanan dan kondisi tiga kampung tersebut yang nantinya akan dihuni kembali oleh pengungsi korban kontak senjata antara KKB dan TNI Polri.
Dalam rapat tersebut Pemkab Mimika diwakili oleh Assisten 1 Setda Mimika Yulius Sasarari mengatakan sempat terjadi penundaan keberangkatan yang seharusnya tanggal 17 Desember 2020 menjadi 19 Desember 2020 karena keterbatasan transportasi yang disediakan oleh Freeport.
Lanjutnya, tim hanya melakukan peninjauan di Kampung Banti 2, karena untuk Banti 1 dan Opitawak sudah diinventarisir oleh Kepala Distrik Tembagapura dan kepala masing-masing kampung.
“Khusus Banti 2 rumah masyarakat masih dapat dihuni tetapi diperlukan rehab, kemudian barang didalam tiap rumah itu berhamburan semua,” ujarnya dalam rapat evaluasi yang digelar di Gedung serbaguna DPRD Mimika, Senin (21/12).
Selain rumah, Yulius menyebutkan fasilitas kesehatan yakni klinik perlu dilakukan pembangunan karena terbakar. Kemudian fasilitas pendidikan seperti sekolah kata Yulius juga mengalami kerusakan kecil.
“Sekolah itu ada beberapa ruangan, ketika kami (tim) meninjau ada tiga ruang kelas semua mengalami pecah kaca, salah satu ruangnya kursi terhambur, dan dua lainnya masih utuh (kursi dan kondisi dalam ruang kelas),” paparnya.
Adapun gereja Kingmi yang menurut Yulius tidak mengalami kerusakan yang berat, terilhat hanya kursi yang terhambur.
Kemudian terkait dengan kesimpulan apakah masyarakat (pengungsi) dapat kembali dalam waktu dekat, Yulius mengatakan semua kembali kepada masyarakat.
“Setelah melihat kondisi bersama dengan perwakilan masyarakat yang diwakili oleh Pendeta Yohannes Naktime, tokoh perempuan Martina Nakime diputuskan masyarakat akan melakukan perayaan Natal di Mimika, karena kondisi rumah mereka yang perlu direhab,” tegasnya.
Kendati masyarakat ingin merayakan Natal di Mimika, kata Yulius, masyarakat ingin setelah Natal dan Tahun baru, mereka harus difasilitasi untuk kembali ke kampung halaman mereka.
Sementara itu Tokoh Masyarakat yakni pendeta Yohannes Naktime kembali menegaskan bahwa dirinya akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar bersabar menunggu rehab rumah dan fasilitas pendukung lainnya sebelum nantinya kembali menghuni kampung halaman mereka.
“Mau naik juga bikin apa? Kasur sudah diambil, dibakar semua, maka dari itu tunggu direhab dahulu baru naik,” tegasnya.
Penegasan lain juga disampaikan oleh Ketua DPRD Mimika Robby K Omaleng menegaskan bahwa untuk kepulangan pengungsi tiga kampung akan ditunda setelah semua fasilitas dan rumah siap.
“Pemulangan dilakukan setelah Natal dan Tahun baru setelah semua fasilitas selesai direhab, kemudian untuk jangka panjang dan pendek, diserahkan kepada Tim untuk dibicarakan,” tegasnya. (APN1)