Timika, AP – Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Mozes Kilangin Timika, Stefan menjelaskan, fenomena Aphelion tidak begitu berpengaruh pada cuaca di Mimika.
Fenomena Aphelion di Indonesia belakangan membuat geger masyarakat Indonesia. Masyarakat dihebohkan dengan isu cuaca dingin karena fenomena Aphelion. Fenomena Aphelion sendiri adalah jarak bumi dengan matahari dalam titik terjauh saat periode revolusi
“Sebenarnya tidak ada pengaruh signifikan karena memang sudah sesuatu hal yang lumrah lah, sudah biasa terjadi, jadi untuk suhu di Timika sendiri tidak berpengaruh akibat fenomena ini,” kata Stefan, saat ditemui AP di ruang kerjanya, Senin (10/7/2023).
Stefan mengatakan, sifat-sifat lokal yang kuat di Kabupaten Mimika berdasarkan letak geografisnya menyebabkan sampak dari Aphelion tidak begitu terasa. Di Mimika sendiri, seperti diketahui memiliki musim penghujan sepanjang tahun dengan puncak curah hujan tertinggi berada pada periode Juni, Juli dan Desember.
Stefan menjelaskan, fenomena Aphelion merupakan fenomena astronomis atau fenomena suhu udara dingin yang terjadi 1 tahun 1 kali pada periode bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni Juli sampai September.
Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT berada pada musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang datang dari Benua Australia.