Timika, Antarppaua.com – PT Freeport Indonesia mendukung 24 Awardee atau Penerima Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Papua dalam menjalankan proyek sosial bidang lingkungan dalam proyek “Kalpataru”. Minggu, (09/07/2024)
“Freeport Indonesia senantiasa mendukung anak-anak Papua terus bertumbuh dan berkembang melalui pendidikan. Kami sangat senang 24 penerima beasiswa LPDP dari Papua saat ini bersiap untuk melanjutkan studinya,” kata Director, Executive Vice President Sustainable Development PTFI Claus Wamafma di Mimika, Selasa.
Ia mengatakan pendidikan merupakan salah satu investasi sosial yang dikembangkan Freeport Indonesia. “Kami yakin pendidikan dapat mengakselerasi pembangunan di Papua yang ujungnya adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat,” katanya.
Ketua Angkatan PK-232 Yeti Yuniarsih menjelaskan proyek berlangsung dua hari pada 22 Juni dan 29 Juni 2024 dengan beberapa rangkaian kegiatan antara lain webinar tentang Food Waste Free Movement yang diikuti ratusan peserta dari seluruh Indonesia, Bakti Sosial Eduwisata Pengolahan Sampah, serta penanaman 100 bibit pohon sebagai simbol bentuk kehidupan dan mendukung penghijauan lahan di Universitas Islam Indonesia Internasional (UIII) Depok.
Bentuk dukungan PTFI pada proyek Kalpataru sesuai kebutuhan Tim PK-323 antara lain dua unit hydraulic truck trolly, 15 buah karung jumbo 1 ton, 35 buah karung jumbo kapasitas 500 kg dan satu unit timbangan 500 kg.
Total peserta PK-323 adalah 301 penerima beasiswa dimana 24 orang di antaranya merupakan penerima beasiswa LPDP dari Tanah Papua yang terdiri dari 14 orang dari Papua, dua orang dari Papua Tengah, dua orang dari Papua Barat Daya, lima orang dari Papua Barat, dan satu orang dari Papua Pegunungan.
Para penerima beasiswa LPDP ini akan melanjutkan studi baik magister maupun doktoral di perguruan tinggi terkemuka di Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, Belanda dan Jerman.
Yeti mengatakan proyek Kalpataru ini berawal dari keprihatinan melihat Indonesia menempati posisi pertama sebagai penyumbang sampah makanan terbanyak di Asia Tenggara, dengan total 14,73 juta ton per tahun (menurut laporan UNEP dalam Food Waste Index 2024).
Fenomena buruk ini sangat berbahaya jika tidak direspon dengan cepat, seperti terjadinya perubahan iklim secara signifikan yang akan mengancam kehidupan vital masyarakat Indonesia dalam aspek ekonomi dan kesehatan.
“Kami PK-232 berkomitmen untuk terjun membantu dari hulu ke hilir dalam memecahkan permasalahan isu food waste yang terus melonjak di negara kita. Kompleksitas permasalahan ini tidak dapat diselesaikan dengan cara konvensional, melainkan memerlukan solusi yang strategis. Salah satunya dengan cara menghubungkan beberapa stakeholder peduli lingkungan untuk bersinergi dalam mewujudkan lingkungan hidup yang lestari,” kata Yeti.
Claus mengatakan Freeport memiliki visi yang sama untuk dapat berkontribusi dalam memecahkan tantangan isu lingkungan. “Isu proyek PK-232 juga merupakan salah satu program prioritas kami untuk terus berkomitmen membantu pengelolaan limbah dan melakukan penghijauan lingkungan. Kami berharap, bentuk dukungan berupa donasi barang-barang yang kami berikan akan bermanfaat bagi masyarakat,” kata Claus. (*)