Freeport-Yayasan Bambu Kolaborasi Pengembangan Ekonomi Berbasis Bambu di Pesisir Timika

Antar Papua
Pencanangan projek Struktur Bambu oleh PT Freeport Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten Mimika dan masyarakat di Muara Ajkwa, Kabupaten Mimika, pada 22 November 2023. Struktur Bambu sebagai salah satu upaya mempercepat restorasi ekosistem mangrove di muara Sungai Ajkwa, Mimika melalui program Estuary Structure. (Foto: Istimewa)

Labuan Bajo, Antarpapua.com – PT Freeport Indonesia (PTFI) bersama Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) menandatangani kerja sama untuk mengembangkan ekonomi masyarakat pesisir Timika, Papua Tengah, melalui program inovatif dan berkelanjutan berbasis bambu.

Penandatanganan perjanjian kerja sama dilakukan oleh Wakil Presiden Direktur PTFI, Jenpino Ngabdi, dan Ketua YBLL, Monica Tanuhandaru, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada Minggu (8/9/2024).

Jenpino Ngabdi menjelaskan bahwa kerja sama ini merupakan wujud dukungan PTFI dalam meningkatkan kapasitas masyarakat serta mendukung pembangunan berkelanjutan. “Kerja sama ini menegaskan komitmen PTFI untuk menjalankan operasi pertambangan secara bertanggung jawab dan terus memberikan nilai tambah yang berkelanjutan bagi lingkungan serta masyarakat,” ujarnya.

Dalam implementasi program ini, Koperasi Maria Bintang Laut (KMBL) dari Keuskupan Timika sebagai mitra PTFI akan bekerja sama dengan YBLL untuk memberikan pelatihan intensif kepada masyarakat terkait pembibitan, penanaman, dan pemanenan bambu. Setelah itu, akan dilakukan penanaman pada lahan percontohan di Timika, serta pendampingan dan monitoring di tiga lokasi, yaitu Kampung Nayaro, Tipuka, dan Ayuka, Mimika, Papua Tengah, serta beberapa wilayah lain di Indonesia.

Baca Juga |  Pemungutan Suara Pemilu 2024 di Area Kerja PTFI Berjalan Lancar

Sejak 2006, KMBL telah menjadi mitra PTFI dalam program pemberdayaan masyarakat di dataran rendah dan pesisir Kabupaten Mimika. Kolaborasi ini bertujuan menciptakan model pengembangan ekonomi berbasis bambu yang inovatif dan berkelanjutan, mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) lokal, serta menjadi contoh keselarasan antara industri dan konservasi lingkungan.

Bambu sendiri memiliki potensi ekonomi besar, dengan 1.500 jenis pemanfaatan, termasuk kemampuan satu rumpun sehat menyimpan hingga 3.600 liter air dan menyerap 3,33 ton CO2.

Monica Tanuhandaru menambahkan bahwa program ini dirancang untuk memberikan keterampilan praktis kepada masyarakat. “Program ini dijalankan melalui pengembangan model percontohan budidaya bambu dengan metode Hutan Bambu Lestari yang dikembangkan oleh YBLL di Timika. Kami juga memastikan keberlanjutan jangka panjang melalui pelatihan lanjutan untuk pemanfaatan, perawatan, dan pendampingan berkelanjutan,” jelasnya.

Selain pelatihan intensif dan penanaman bambu, kerja sama ini juga mencakup program pemberdayaan dan kesetaraan gender dengan fokus pada pelibatan perempuan dalam program pelatihan dan implementasi.

Baca Juga |  Papua Football Academy Awali Sejarah Di Kompetisi Nasional Dan Internasional

Di sisi lain, PTFI bersama Pemerintah Kabupaten Mimika dan masyarakat berupaya mempercepat restorasi ekosistem mangrove di muara Sungai Ajkwa, Mimika, melalui program Estuary Structure. Salah satu metode yang digunakan adalah Struktur Bambu, yaitu teknik penangkapan sedimentasi dari tailing atau pasir sisa tambang untuk dibentuk menjadi daratan baru yang kemudian ditanami mangrove.

Metode ini melibatkan penyusunan bambu berbentuk huruf “E” atau “T”, sering disebut E-Groin atau T-Groin, untuk menangkap dan menahan sedimen. Program ini melibatkan 18 kelompok masyarakat Suku Kamoro yang tinggal di dataran rendah Kabupaten Mimika. Pada akhir tahun 2022 hingga 2024, PTFI mempekerjakan 200 karyawan asli Suku Kamoro.

Program ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ekonomi lokal, konservasi lingkungan, penyerapan karbon, serta peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. (*/Redaksi)

Cek juga berita-berita Antarpapua.com di Google News