Hadirnya Sosok Ayah: Kunci Mental Sehat dan Tumbuh Kembang Anak

Antar Papua
Ilustrasi Peran Seorang Ayah dalam Kesehatan Mental dan Tumbuh Kembang Anak. (Foto: Internet)

Antarpapua.com – Dalam kehidupan anak, kehadiran seorang ayah bukan sekadar formalitas melainkan kebutuhan emosional yang krusial. Di balik setiap anak yang tumbuh percaya diri dan stabil secara emosional, sering kali terdapat sosok ayah yang hadir, terlibat, dan mendukung tanpa syarat.

Namun sayangnya, banyak anak hari ini tumbuh dengan perasaan fatherless bukan hanya karena sang ayah secara fisik tidak ada, tetapi karena secara emosional tak pernah benar-benar hadir. Fatherless bukan sekadar istilah bagi anak yang ditinggal mati atau tak pernah kenal ayahnya, tetapi juga mencakup anak-anak yang merasa terabaikan, diabaikan, atau tidak pernah merasakan kehangatan dan perhatian dari figur ayah.

1. Ayah Sebagai Penyeimbang Emosi dan Sosok Perlindungan

Ayah yang hadir dengan penuh kasih sayang menjadi jangkar emosi anak. Kehadiran tersebut menumbuhkan rasa aman, kepercayaan diri, dan ketenangan jiwa. Anak-anak yang merasa dicintai dan didengar oleh ayahnya cenderung lebih mudah mengelola stres, membangun hubungan sehat, dan memiliki konsep diri yang kuat.

Sebaliknya, ketiadaan figur ayah bisa menimbulkan rasa kehilangan, ketidakpastian identitas, dan luka batin yang terpendam hingga dewasa. Dalam banyak kasus, perasaan fatherless ini menjadi akar dari gangguan kecemasan, depresi, atau bahkan perilaku menyimpang.

Baca Juga |  10 HP Flagship Android Terkencang November 2024 Versi Antutu

2. Menjadi Teladan dalam Tumbuh Kembang Anak

Seorang ayah adalah panutan. Cara ayah memperlakukan ibu, bagaimana ia mengatur emosi, dan bagaimana ia bersikap dalam menghadapi masalah menjadi contoh nyata bagi anak dalam menjalani hidup. Anak laki-laki belajar menjadi pria dewasa dari ayahnya, dan anak perempuan menilai sosok laki-laki dari bagaimana ayahnya bersikap terhadapnya.

Ayah yang memperlihatkan kasih sayang, empati, dan ketegasan dalam waktu bersamaan memberi keseimbangan yang dibutuhkan anak dalam proses tumbuh kembangnya baik secara fisik, mental, maupun sosial.

3. Menghindarkan Anak dari Krisis Identitas dan Luka Batin

Anak-anak yang merasa fatherless sering kali mengalami krisis identitas, merasa kosong, atau meragukan harga dirinya. Banyak dari mereka yang tumbuh dengan pertanyaan besar: “Apa aku cukup berharga untuk dicintai ayahku?”

Dengan hadir secara aktif mendampingi tumbuh kembang anak, mengapresiasi usaha mereka, menjadi teman diskusi, dan menyediakan telinga untuk mendengar seorang ayah bisa menghapus kekosongan itu. Anak pun tumbuh dengan kepercayaan diri dan kebanggaan atas siapa dirinya.

Baca Juga |  Silent Strain: Luka yang Tak Terlihat dan Pikiran yang Terlalu Lama Diabaikan

4. Ayah Bukan Hanya Pencari Nafkah, Tapi Juga Pemelihara Jiwa

Di tengah kesibukan pekerjaan, peran ayah sering kali tereduksi menjadi sekadar penyedia kebutuhan material. Padahal, yang paling dirindukan anak bukanlah mainan mahal atau liburan mewah, tetapi waktu dan perhatian. Pelukan, tatapan mata penuh kasih, dan percakapan sederhana sebelum tidur bisa berdampak besar bagi kesehatan mental anak.

Maka, ayah masa kini perlu menggeser paradigma: menjadi present dad, bukan hanya provider dad. Sebab cinta dan kehadiran seorang ayah adalah nutrisi emosional yang tak tergantikan.

Setiap anak berhak tumbuh dalam cinta kedua orang tuanya. Jika ibu adalah pelukan pertama, maka ayah adalah sandaran yang membuat langkah anak tegap menghadapi dunia.

Jangan biarkan anak-anak kita tumbuh dengan luka fatherless, hanya karena kita terlalu sibuk mengejar dunia luar. Jadilah ayah yang hadir: yang mendengar, yang memahami, yang memeluk karena dari sanalah tumbuh pribadi anak yang kuat, sehat mentalnya, dan matang jiwanya. (AP)

Cek juga berita-berita Antarpapua.com di Google News