Timika, APN – Hari Ozon sedunia ke-35 yang jatuh pada 16 September 2022 dirayakan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) dengan menanam 500 bibit kelapa di lahan seluas 5 hektar yang ada di Mile 39, Senin (26/9/2022).
Pada kegiatan itu selain penanaman pohon, juga ada permainan dan pembagian doorprize, bersama mahasiswa dari 3 Universitas di Timika yakni Universitas Timika, STJB dan Sekolah Tinggi Ammapare sebanyak kurang lebih 40 orang.
Dari pihak Environmental Safety PT FI, Riki mengatakan, jika terjadi gempa bumi atau bencana, inilah areal yang aman dan terbuka yaitu lahan luas.
“Sehingga dengan kondisi lapangan yang kosong dan panas maka kalau terlalu banyak bergerak maka akan dehidrasi karena ini panas terik dan tandus,” katanya.
Riki mengatakan, kawasan MP 39 tempat lokasi penanaman kelapa dulunya hamparan pasir. Dengan adanya penanaman pohon oleh PTFI maka kawasan tersebut kembali hijau kembali dijadikan habitat hewan-hewan liar di daerah itu.
“Perlu diwaspadai salah satunya ular yang berbisa yakni Det Eder, karena binatang tersebut ada di kawasan ini. Sehingga kami sarankan supaya tetap menggunakan sepatu yang safety, agar terhindar dari luka. Lalu ranting-ranting pohon supaya jangan disentuh agar tidak terluka,” ujarnya.
Manager Environmental Central System and Project Division Environmental PTFI, Pratita Puradyatmika yang akrab disapa Tito juga mengatakan, manusia perlu melindungi bumi melalui hari Ozon ini.
Untuk itu PTFI terus aktif melakukan kampanye bahkan pendidikan lingkungan yang sasarannya anak sekolah untuk mengubah perilaku manusia. Bahkan PTFI secara khusus membentuk divisi environmental awareness and education karena section itu khusus untuk memberikan pemahaman, pembelajaran tentang lingkungan, bagaimana penyadar tahuan lingkungan dan lain-lain.
“Harapannya para pemuda akan jadi agen perubahan walaupun mungkin kita belum lihat perubahan signifikan di Timika, tapi harapannya itu berlangsung perlahan-lahan dan butuh waktu,” ujar Tito.
Tito mengatakan, penanaman pohon kali ini PTFI memilih pohon kelapa bukan pohon lain, supaya siapa yang melintas bisa memanfaatkan pohon itu. Kelapa merupakan salah satu dari 140 jenis tanaman budidaya bisa tumbuh di atas tailing atau pasir sisa tambang seperti di Mile 21. Pohon-pohon tersebut dirawat dengan bahan organik.
“Ini bukan hanya sekedar seremonial tapi ini momen untuk merefresh kehidupan mejaga bumi. Jika kita belum memiliki visi untuk lingkungan jadikan momen ini menjadi perubahan diri dan keluarga dan teman sekitar kita,” kata Tito.
Tito mengatakan, PTFI secara aktif mereklamasi aliran bekas tailing. Setidaknya 500 hektar sudah direklamasi termasuk 5 hektar yang ditanami kelapa bersama para mahasiswa kali ini.
Lahan bekas tailing seluas 1.000 hektar sudah tertutup tumbuhan secara alami. Tidak hanya itu, PTFI juga melakukan reklamasi di muara pada area endapan tailing yang membentuk pulau baru seluas 500 hektar. Itu belum termasuk yang tumbuh secara alami.
“Berdasar penelitian bersama UNIPA, Tahun 2005 teridentifikasi ada 506 spesies tanaman yang tumbuh secara alami di atas area endapan tailing. Bahkan di akhir Tahun 2021, bertumbuh dua kali lipat ada 1.035 spesies yang tumbuh secara alami,” ujarnya.
Selain upaya reklamasi, PTFI juga sudah menyusun langkah-langkah strategis untuk mengurangi emisi. Seperti pengoperasian kereta bertenaga listrik di tambang bawah tanah. Bahkan PTFI akan mengalihkan bahan pembangkit listrik dari batu bara menjadi gas.
“Ketika nanti AMDAL Freeport sudah dirilis yang terbaru saya pikir itu akan sangat menunjang kegiatan operasional yang mengurangi emisi, kemudian ada upaya untuk mengembangkan pembangkit listrik yang nantinya gunakan gas. Jadi penggunaan batu bara yang digunakan di Portsite itu juga akan berkurang. Itu akan sangat mengurangi emisi. Tahun 2027 rencana sudah dioperasikan,” jelasnya.