Hashim Djojohadikusumo Gaungkan Era Energi Nuklir Indonesia di COP29 Baku

Antar Papua
(Foto : Internet)

Antarpapua.com – Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim, Hashim Djojohadikusumo, menarik perhatian dunia saat berbicara di Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP29) di Baku, Azerbaijan, November 2024. Meski awalnya hanya dijadwalkan untuk membuka Paviliun Indonesia, Hashim tampil selama 25 menit dalam pidato yang mengupas strategi besar energi nuklir Indonesia.

“Maaf, saya tadi diminta membuka Paviliun. Ini pertama kali saya jadi pejabat, so I am sorry…” ujar Hashim dengan tawa ringan, membuka pidatonya. Adik Presiden Prabowo Subianto itu kemudian mengumumkan target pemerintah untuk menambah kapasitas energi nasional sebesar 100 GW dalam 15 tahun mendatang, termasuk melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Hashim menekankan pentingnya lokasi PLTN yang aman dari risiko gempa bumi. “Kita tidak ingin membangun PLTN di zona rawan gempa. Keamanan adalah prioritas utama,” tegasnya. Ia juga memperkenalkan konsep Small Modular Reactors (SMR), teknologi reaktor nuklir kecil yang dapat terapung untuk melayani wilayah dengan kebutuhan listrik lebih kecil.

PLTN: Bagian dari Rencana Energi Besar Nasional

Pada November yang sama, pemerintah merilis Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2024-2060. Dalam dokumen tersebut, PLTN disebutkan mulai beroperasi pada 2032. Pemerintah optimis bahwa energi nuklir akan menggantikan seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis fosil pada 2060.

Isu pembangunan PLTN bukanlah hal baru bagi Indonesia. Sejak era Presiden Suharto, berbagai lokasi potensial telah dipertimbangkan. Salah satu lokasi yang pernah populer adalah gugusan bukit Muria di Jepara. Namun, rencana ini terhenti setelah krisis moneter 1997 dan protes publik yang dipicu oleh kekhawatiran terhadap risiko nuklir seperti yang terjadi di Chernobyl.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat menghidupkan kembali rencana tersebut. Namun, meski telah mendapat lampu hijau dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), proyek ini kembali kandas akibat protes besar-besaran.

Kini, nama Muria telah memudar dari peta nuklir nasional. Fokus pemerintah beralih ke lokasi baru yang lebih aman dan strategis. Dalam RUKN 2024, dua wilayah di Indonesia diidentifikasi sebagai lokasi potensial: Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dan Kalimantan Barat.

Thorium dan Uranium: Potensi Besar Indonesia

Menurut laporan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indonesia memiliki cadangan thorium sebesar 4.729 ton dan uranium sebanyak 5.234 ton. Sebagian besar potensi ini tersebar di Babel dan Kalimantan Barat, menjadikan kedua provinsi tersebut prioritas dalam pengembangan PLTN. Thorium dianggap memiliki beberapa keunggulan dibanding uranium, termasuk efisiensi dan keamanan yang lebih tinggi.

Pulau Kelasa: Kandidat Lokasi PLTN Perdana

Salah satu lokasi yang kini menjadi sorotan adalah Pulau Kelasa di Babel. Pulau seluas 200 hektare ini terletak sekitar 30 km dari Pangkal Pinang, ibu kota provinsi. Gugusan pulau kecil ini dinilai ideal karena jaraknya yang aman dari permukiman, serta potensi energi yang tinggi.

PT ThorCon Power Indonesia, perusahaan yang terlibat aktif dalam pengembangan PLTN, telah melakukan studi mendalam selama beberapa tahun terakhir. “Pulau Kelasa adalah lokasi pertama yang sudah direview oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir). Selain itu, responsivitas pemerintah daerah Babel juga menjadi nilai tambah,” kata Bob S. Effendi, Chief Operating Officer ThorCon Power Indonesia.

Langkah Menuju Masa Depan Energi Indonesia

Dengan peluncuran RUKN 2024 dan dukungan teknologi nuklir seperti SMR, Indonesia menunjukkan komitmen kuat menuju masa depan energi yang berkelanjutan. Keputusan untuk mulai membangun PLTN di Pulau Kelasa atau lokasi potensial lainnya menandai babak baru dalam perjalanan energi nasional.

Hashim Djojohadikusumo menutup pidatonya dengan harapan besar untuk Indonesia. “Energi nuklir bukan hanya solusi untuk mengurangi emisi, tetapi juga jembatan menuju kemandirian energi bangsa. Mari kita wujudkan bersama.”

Dengan rencana ambisius ini, Indonesia bersiap mengambil langkah besar menuju era energi bersih dan berkelanjutan, sekaligus memperkuat posisinya di panggung global sebagai pelopor perubahan iklim. (Cnnindonesia.com/Antarpapua)

Cek juga berita-berita Antarpapua.com di Google News