Hasto Kristiyanto: Sejarah Membuktikan TNI Miliki Peran Sangat Penting

Antar Papua
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (tengah), bersama Mantan Kepala BNPB Letjen TNI (Purn) Ganip Warsito (kiri), Mantan Deputi Lemhannas RI Laksamana Muda TNI (Purn) Yuhastihar (kanan), Pengamat Militer Connie Bakrie (dua kanan), dan Anggota DPR RI Krisdayanti, berfoto bersama usai acara talkshow yang dilakukan oleh DPP PDI Perjuangan dalam rangka memeriahkan perayaan HUT TNI Tahun 2022 di Jakarta, Minggu 9 Oktober 2022. (Foto: BeritaSatuPhoto/Joanito De Saojoao)

Jakarta, APN – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menegaskan TNI memiliki peran yang sangat penting untuk bangsa. DPP PDIP mengadakan diskusi bertajuk “TNI adalah Kita: Sejarah, Kepeloporan dan Desain Masa Depan TNI” dalam rangka mengingatkan kembali masa kejayaan TNI selama era kepemimpinan Presiden pertama Soekarno. Saat itu, kekuatan TNI disegani dunia internasional.

“Sejarah telah membuktikan kita, bagaimana TNI memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keselamatan bangsa, keutuhan wilayah dan kedaulatan negara,” kata Hasto Kristiyanto secara daring, sesuai yang dilansir dari Beritasatu. com, Minggu (9/10/2022).

Hasto menuturkan pascakemerdekaan 17 Agustus 1945, Bung Karno saat berpidato menginstruksikan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) sekaligus membangkitkan kembali kekuatan Partai Nasionalis Indonesia (PNI).

“Jadi, antara kekuatan perang kita, antara ABRI, TNI dan PNI itu menyatu bersama-sama dalam membangun dan memastikan kemerdekaan bangsa itu betul-betul dapat dicapai dan diwujudkan,” tutur Hasto.

Kemudian, Bung Karno membangun kekuatan angkatan perang Indonesia menjadi kekuatan perang terkuat di belahan bumi selatan. Ketika diperlukan untuk pembebasan Irian Barat, Bung Karno menggunakan kekuatan angkatan perang dalam menjaga perdamaian dunia.

“Masa kepemimpinan Bung Karno, TNI menjadi betul-betul menjadi pasukan perdamaian yang disegani. Australia, kita jauh lebih kuat, bahkan, dengan analisis militer dengan Tiongkok pun, kita lebih kuat dalam alutsista, kecuali dengan jumlah pasukan. Saat itu, Tiongkok 1,3 juta. Kita sekitar 330.000 personel,” tuturnya.

Menurutnya, perspektif historis ini yang harus dipahami, karena dalam menjaga kedaulatan wilayah, aksi illegal fishing masih saja terjadi, termasuk illegal logging. Karenanya, diperlukan kekuatan dari TNI Angkatan Laut, angkatan perang dari TNI Angkatan Darat untuk menjaga teritorial Indonesia.

“Bung Karno membangun kekuatan TNI kita. Demikian pula Ibu Megawati Soekarnoputri saat itu geopolitik dunia itu unipolar, kekuatan Amerika Serikat karena Uni Soviet runtuh pada tahun 1990-an. Kemudian Amerika Serikat menyerang Irak, Ibu Megawati menyampaikan sikap kemerdekaan adalah hak segala bangsa,” kata Hasto Kristiyanto.

Megawati Soekarnoputri saat menjabat presiden, menjalankan diplomasi sebagai negara yang berdaulat. Karenanya, Indonesia mendapat pesawat tempur Sukhoi dari Rusia. Angkatan darat, angkatan laut, dan kepolisian diperjuangkan Megawati dalam modernisasi alat persenjataan.

“Ketika ada berbagai peristiwa yang sepertinya ada jarak antara PDI Perjuangan dengan TNI, itu tidak (ada). Ditinjau dari kebijakan, kita komitmen tidak akan menarik TNI di dalam politik praktis tetapi kita ingin membangun kekuatan TNI itu betul-betul sebagaimana masa Bung Karno dulu menjadi kekuatan yang menjaga perdamaian dunia,” imbuhnya.

Hasto juga mengungkit betapa hebatnya Megawati dalam merangkul TNI, Polri, dan kejaksaan pada awal memimpin. Meski, kata Hasto, Megawati banyak sekali mendapat tekanan dari alat-alat negara itu pada era Orde Baru.

Hasto menegaskan TNI, Polri, dan PDIP berkomitmen dalam menjaga tegaknya negara Pancasila berdasarkan UUD 1945, kebinekaan, dan NKRI. “Kita adalah negara besar seharusnya kekuatan angkatan perang kita bangun, sehingga tidak mudah dikerdilkan oleh negara-negara tetangga kita,” kata Hasto Kristiyanto.

Cek juga berita-berita Antarpapua.com di Google News

Penulis: Anis/**Editor: Sani