Timika, APN – Hidroponik (hydroponic) adalah salah satu metode dalam budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.
Seorang karyawan PT Freeport Indonesia Octo Magay, putra asli Papua berhasil mengembangkan usaha perkebunan hidroponik di SP-3, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika. Berawal dari ketertarikannya terhadap dunia perkebunan hidroponik yang dilihatnya di internet Octo Magay mencoba merintis perkebunannya pada tahun 2013 lalu. Dari belajar secara otodidak ini usahanya sempat mengalami jatuh bangun dan bahkan sempat terpikirkan untuk tutup.
“Saya mulai ini dari 2013, karena saya berpikir buat apa duduk diam saja di rumah setelah pensiun, bikin darah habis,” ujarnya saat ditemui di kebun hidroponik miliknya, Senin (12/4/2021).
Lanjutnya, atas dorongan dan dukungan dari PT Freeport Indonesia tempat Octo Magay bekerja sebagai karyawan, akhirnya Octo pun bersemangat untuk bangkit kembali dan semakin serius menggeluti usahanya. Atas upayanya ini pada 2018, tanaman sayuran hasil perkebunan hidroponiknya tembus dan menjadi bahan pasokan di PT Pangan Sari Utama yang menangani konsumsi bagi karyawan Freeport, kontraktor dan privatisasi. Tak tanggung-tanggung, hasilnyapun mencapai 4 ton sayuran tiap bulannya.
“Awalnya memang berat, tetapi puji Tuhan semua bisa untuk saya dan teman-teman,” paparnya.
Perkebunan hidroponik milik Octo Magay kini telah berkembang dan sudah menjadi perusahaan dengan nama PT Namul Jaya Sejahtera. Jumlah karyawannya pun kini sudah mulai bertambah. 30 orang bekerja di perkebunan hidroponik dan 20 orang pada bagian gudang dan pengiriman, jadi total karyawannya sebanyak 50 orang.
“Sampai saat ini Pemerintah daerah belum memberikan bantuan kepada kami, harapannya kedepan mungkin Pemkab bisa melirik, karena kami membuktikan bahwa Orang Asli Papua juga bisa berkebun dengan cara modern (Hidroponik),” tuturnya.
Yang menarik di sini, seluruh karyawan yang bekerja untuk perkebunan hidroponiknya rata-rata tidak mempunyai basic, dan bahkan tidak mempunyai pendidikan khusus. Namun berkat keuletan dan kesabarannya mengajarkan teknik dan cara berkebun yang baru hasilnya pun cukup memuaskan.
“Saya ingin mengangkat mereka yang tidak memiliki keahlian, sehingga mereka bisa bekerja dan memiliki penghasilan, ada mama-mama Papua yang kerja disini juga,” jelasnya.
Dalam merekrut karyawannya, Octo Magay merangkul semua masyarakat tidak membeda bedakan suku dan agama. Ada orang Jawa, orang Papua dan beberapa suku lainnya.
“Banyak juga pensiunan PTFI orang asli Papua juga yang kami jadikan karyawan,” ungkapnya.
Ia pun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada PT Freeport Indonesia yang telah mendukungnya dalam usaha ini. Dan juga kepada PT Pangan Sari Utama yang telah menerima hasil perkebunan hidroponiknya menjadi salah satu produk pokoknya.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada PTFI, khusunya pak Brian Eser dan jajaran Senior Manajemen PTFI,” tutupnya. (Aji-Cr01/*)