Mimika, Papua Tengah – Menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947, umat Hindu di Kabupaten Mimika menggelar ritual Ogoh-Ogoh di Pura Mandhira Mihika Mandaloka, SP 4, Kecamatan Mimika Baru, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Acara sakral ini dihadiri oleh umat Hindu di Kota Timika, Bupati Mimika Johannes Rettob, perwakilan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mimika, perwakilan Kesbangpol, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Mimika, Keluarga Buddhayana Indonesia Kabupaten Mimika, serta perwakilan berbagai lembaga agama Hindu.
Ritual Ogoh-Ogoh diawali dengan sembahyang bersama yang dipimpin oleh Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Mimika, I Nyoman Dwi Tana. Dalam sambutannya, ia menyampaikan harapan agar umat Hindu dapat memaknai prosesi Ogoh-Ogoh sebagai simbol pembuangan segala hal negatif dalam diri, sehingga tercipta kedamaian, khususnya di Kabupaten Mimika.
Bupati Mimika Johannes Rettob yang turut hadir dalam acara ini menyampaikan rasa terima kasih kepada umat Hindu di Mimika atas dukungan yang diberikan kepadanya sehingga dirinya bisa berdiri di Pura ini dan menyampaikan sambutan khusus dalam perayaan Nyepi ini. Ia menekankan pentingnya menjaga toleransi antarumat beragama serta menjadikan Mimika sebagai rumah bersama bagi seluruh masyarakat. Ia juga mengajak umat Hindu untuk menjadikan momentum sakral Nyepi sebagai ajang introspeksi diri dan mempererat keharmonisan antar sesama. Di akhir sambutannya, Bupati Mimika mengucapkan selamat merayakan Hari Raya Nyepi bagi seluruh umat Hindu di Mimika.
Dukungan juga datang dari perwakilan Keluarga Buddhayana Indonesia Kabupaten Mimika, Majelis Buddhayana Indonesia, dan Wanita Buddhis Indonesia Kabupaten Mimika yang turut menghadiri acara tersebut. Mereka menyampaikan ucapan selamat merayakan Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka kepada umat Hindu di Kabupaten Mimika. Mereka juga sepakat dengan pesan perdamaian yang disampaikan dalam acara tersebut, yang sejalan dengan semangat kebersamaan antar umat beragama.
Puncak acara ditandai dengan pelepasan Ogoh-Ogoh yang dilakukan oleh I Nyoman Dwi Tana dan Bupati Mimika Johannes Rettob. Ogoh-Ogoh berukuran besar dan kecil diarak mengelilingi Kota Timika, dimulai dari SP 4 hingga SP 1, sebelum kembali ke Pura Mandhira Mihika Mandaloka untuk dilakukan prosesi pembakaran.
Secara umum, Ogoh-Ogoh merupakan simbol Bhuta Kala atau kekuatan negatif yang ada di alam semesta. Patung ini diarak dalam prosesi Ngrupuk, kemudian dibakar sebagai simbol pembersihan diri dari pengaruh buruk sebelum memasuki Tahun Baru Saka.
Hari Raya Nyepi sendiri merupakan perayaan pergantian tahun dalam kalender Saka. Pada hari ini, umat Hindu menjalankan Catur Brata Penyepian, yaitu Amati Geni (tidak menyalakan api/lampu), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang). Dengan menjalankan tapa brata ini, umat Hindu diharapkan dapat melakukan introspeksi diri dan mencapai kedamaian lahir dan batin.
Perayaan ini berlangsung dengan penuh khidmat dan diharapkan semakin mempererat persaudaraan serta harmoni antarumat beragama di Kabupaten Mimika. (Redaksi)