Timika, antarpapuanews.com – Kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Alama adalah kasus malaria impor. Saulus Poknianggae, S.kep.Ns, Kepala Puskesmas Alama menyampaikan hal tersebut di Hotel Grand Tembaga, Jl. Yos Sudarso, Selasa (3/11).
“Kasus malaria di Puskesmas Alama adalah malaria impor, yaitu masyarakat yang sudah lama menetap di kota timika, baru datang ke sana, pasti akan terkena malaria, tetapi bagi warga masyarakat yang menetap tetap di sana, rata-rata jarang terkena kasus malaria, karena di sana bukan daerah endemik. Dan kasus yang paling menonjol di sana adalah ispa” jelasnya.
Untuk tahun 2020, karena alasan keamanan, Puskesmas gunung, khususnya Puskesmas Alama, pelayanannya di Timika kota berkolaborasi dengan Puskesmas kota.
“Jadi masyarakat Alama yang sementara mengungsi di Timika, di sekitar wilayah kerja Puskesmas Wania dan Puskesmas Pasar Sentral, kami turun untuk memberikan pelayanan di sini, karena di sana kami tidak memberikan pelayanan karena faktor keamanan”, tuturnya.
“Jadwal pelayanan kolaborasi ini, kami turun di kota untuk memberikan pelayanan sesuai dengan kesepakatan yang sudah disepakati oleh Dinas Kesehatan, dan targetnya itu sampai dengan bulan Desember 2020. Mungkin pada bulan Januari tahun 2021 baru kami akan kembali ke Alama, kalau keamanannya sudah kondusif”, ujarnya.
Selama tahun 2020, kasus malaria di Puskesmas Alama ditemukan kasus perbulannya hanya 2-3 kasus malaria, dan yang terkena malaria itu masyarakat yang datang dari kota.
Saulus juga menyampaikan bahwa sejauh ini, kami dari pihak Puskesmas sudah memberikan imbauan dan juga pembagian kelambu kepada masyarakat dari kelambu yang sudah didistribusikan dari Kabupaten. Kami mendapatkan pendistribusian kelambu itu sebanyak 6 ball, dalam 1 ball berisi 50 kelambu.
Sistem pembagian kelambu anti nyamuk malaria di Puskesmas Alama dibagi tergantung jumlah anak. Wilayah kerja Puskesmas Alama adalah 11 Kampung, yaitu 7 kampung masuk Kabupaten Nduga dan 5 kampung yang masuk di Kabupaten Timika. Artinya bahwa secara geografisnya 7 kampung ini ada di wilayah Kabupateb Nduga tetapi pelayanan kesehatannya masih Kabupaten Mimika yang tangani.
“Jarak antar kampung itu sangat jauh dan kami berikan pelayanan itu dengan jalan kaki naik gunung turun gunung, dan kita di sana sudah termasuk wilayah tapal batas dengan Kabupaten Nduga”, tutupnya. (Aniz)