Timika, APN – Gereja Katolik Keuskupan Timika mulai mengirimkan sembako bagi para pengungsi yang saat ini mengungsi di gereja dan pastoran paroki Bilogai, Kabupaten Intan Jaya.
Dalam pers rilis yang diterima oleh antarpapuanews.com, Selasa (23/2) Ketua Pengembangan Sumber Daya Ekonomi (PSE) Keuskupan Timika, Beni Meo mengatakan untuk pengiriman yang dilakukan merupakan yang perdana, dimana keuskupan mengirimkan sebanyak 1.210 kg atau 1,2 ton sembako menggunakan maskapai Alda Air yang disewa oleh kesukupan.
Sembako yang kami kirim hari ini terdiri dari beras, mie instant, gula, kopi, dan bahan makanan lain. Seharusnya bisa sampai 1,3 ton yang bisa diangkut,“ ujarnya dalam pers rilis tersebut
Guna memastikan sembako sampai ke tujuan keuskupan menugaskan Pastor Rinto Dumatubun, untuk ikut dalam pengiriman sembako tersebut.
Beni menambahkan pihaknya akan kembali mengirimkan bantuan sembako. Sembako tersebut kata Beni, masih ditampung di gudang Koperasi Maria Bintang Laut dan akan dikirim dalam empat kali penerbangan berikutnya.
Sementara itu, Rudolf Kambayong selaku administrator Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Keuskupan Timika menjelaskan, sembako yang dikirim untuk para pengungsi di Bilogai ini merupakan sumbangan dari berbagai kalangan baik dalam bentuk uang tunai maupun sembako.
Sumbangan dari umat paroki Katedral Tiga Raja, Paroki Sempan, Kuasi Paroki St. Sesilia SP2, Paroki SP 3, umat katolik di SP1, para guru dan murid SMA YPPK Tiga Raja. Ada dari berbagai kelompok seperti kelompok Karismatik Keuskupan Jayapura, karyawan PT Freeport Indonesia, Konferensi Wali Gereja Indonesia, Keuskupan Jayapura,” jelas Rudolf.
Selanjutnya, Saul Wanimbo, Direktur SKP Keuskupan Timika mengungkapkan, pengungsi yang saat ini mengungsi di kompleks paroki Bilogai, Kabupaten Intan Jaya berjumlah seribuan jiwa lebih yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak.
Memang sebagian ada yang pulang ke kampung namun kembali lagi untuk berlindung di kompleks paroki Bilogai karena situasi keamanan belum kondusif,” ujarnya.
Saul menjelaskan, sebenarnya warga Intan Jaya mengungsi sejak pertengahan 2020 lalu. Mereka memilih mengungsi ke sejumlah Kabupaten tetangga seperti ke Nabire dan Paniai termasuk di Timika. Kendati demikian Saul mengaku keuskupan belum bisa mengidentifikasi warga Intan Jaya yang mengungsi ke Timika. Sementara menurutnya warga yang mengungsi di Paniai diduga sudah pindah ke Nabire.
Untuk itu kata Saul, aksi pengumpulan bantuan ini bukan saja difokuskan kepada warga Intan Jaya yang mengungsi di paroki Bilogai tetapi juga yang saat ini ada di Nabire dan menumpang di rumah keluarga atau kerabat. Pihak keuskupan pun berharap ketua-ketua kombas di Paniai dan Timika bisa berinisiatif mendeteksi pengungsi warga Intan Jaya yang berada di Timika dan Paniai.
Kita tahu di kota beban hidup cukup berat, sehingga keuskupan berpikir baiklah kalau paroki-paroki yang lain membantu warga yang mengungsi lebih dulu ke Nabire dan Paniai. Ini akan menjadi tugas tim pastoral Keuskupan Timika yang ada di Nabire dan Paniai untuk mengkoordinir sumbangan yang masuk agar bisa disalurkan kepada mereka. Jika ada kelebihan baru mereka kirimkan ke Bilogai. Gereja dan pastoran Bilogai saat ini menjadi posko untuk menampung bantuan yang masuk bagi para pengungsi,” bebernya.
Situasi Intan Jaya saat ini menurut Saul, mustahil bagi masyarakat untuk berkebun, karenanya keuskupan masih tetap mengharapkan kerelaan semua pihak yang berkehendak baik untuk membantu meringankan beban dari masyarakat Intan Jaya di tempat pengungsian dengan memberikan sumbangan baik berupa uang tunai maupun sembako.
Sebelumnya pada Sabtu, 13 Februari 2021 lalu, Administrator Diosesan Keuskupan Timika, Pastor Marthen Kuayo Pr mengeluarkan surat permohonan bantuan ke paroki-paroki di seluruh keuskupan Timika. Surat tersebut bertujuan meminta partsipasi dan dukungan serta solidaritas umat Katolik untuk membantu para pengungsi yang mengungsi di Gereja dan Pastoran Paroki Santo Misael Bilogai dan juga pengungsi warga Intan Jaya yang sementara ditampung di paroki Santo Antonius Bumiwonorejo, Kabupaten Nabire, akibat semakin memanasnya kontak tembak antara TNI Polri dan OPM. (Aji-Cr01/*)