Timika, antarpapuanews.com – Kisah Nur Kholik seorang petani yang nekat berhenti sebagai karyawan Bank yang telah ditekuni selaman 10 tahun dan memilih meninggalkan pekerjaan itu hanya karena tidak ada kesempatan berlibur bersama sama dengan keluarga. Kisah petani warga Kelurahan Wonosari Jaya SP4 RT 07/ Rw 004 kini berpenghasilan di atas 5 Juta dalam sekali panen atau dalam seminggu memanen sayur selada.
Sejak Nur Kholik fokus menekuni pekerjaannya sebagai petani, penghasilannyapun berubah dan waktu dihabiskannya untuk keluarga.
“Faktor utama membuat saya memilih bertani, alasannya bahwa waktu libur atau off tidak ada, karena setiap hari masuk kantor, dan waktu untuk bersama keluarga hampir tidak ada. “Tutur Nur Kholik kepada antarpapuanews.com, Kamis (10/9) .
Nur Kholik menjelaskan, sepanjang hari waktu hanya dihabiskan bertemu dengan nasabah-nasabah di kantor yang rata-rata nasabah adalah pengusaha dan wiraswasta. Terkadang saling tukar pikiran bersama nasabah terkait meningkatkan penghasilan demi kesejahteraan keluarga, kata Nur Kholik.
“Kami juga saling tukar pikiran karena ada juga teman–teman lain sudah terjun untuk bertani dan waktu luang bersama keluarga lebih banyak,” ucap Nur Kholik.
Ia mengungkapkan, peluang menjadi sukses bergerak dibidang pertanian cukup besar karena hasil komoditi lokal diminati warga Mimika sehingga sangat menjanjikan untuk menjadi pengusaha di kemudian hari.
“Saya yakin bahwa saya memilih untuk bertani, pasti banyak waktu untuk bersama keluarga dan sudah membaca peluang kedepan jadi tidak salah untuk mencobanya,” Cetusnya.
Nur Kholik menjelaskan, hampir semua petani di Kabupaten Mimika masih mengolah lahan pertanian dengan sistem manual. Namun berbeda yang dilakukan Nur Kholik, ia menerapkan sistim Nutrien Film Techique (NFT) atau sistim air tipis dengan proses penyiraman pada tanaman menggunakan mesin isap air untuk permudah penyiraman.
Petani berusia 33 Tahun itu mengatakan, untuk menyiapkan semua perlengkapan dan pupuk di datangkan dari pulau Jawa. “Kalau di sini tidak ada. Begitu juga dengan bibit dan pupuk harus datangkan dari pulau Jawa karena di sini belum ada, dan pupuk yang digunakan adalah pupuk AB MIX,” Ujar Nur Kholik.
“Dari semua peralatan dan perlengkapan serta bangunan yang seluas 9m × 25m ini menghabiskan sekitar 70an juta, tetapi pemasukan rata-rata Rp.5.000.000 per panen”. Tambah Nur Kholik Ia berharap kedepannya agar Permerintah Daerah melalui dinas terkait turut membantu pemasaran sayur selada karena hasil pertanian makin meningkat.(Aniz)