Jayapura, Antarpapua.com – Upaya konservasi kawasan Cycloop terus dilakukan melalui kolaborasi berbagai pihak. Menurut Raufik Mubarak, Ketua Kelompok Kerja Perencanaan, Perlindungan, dan Pengawetan BPKSDA Provinsi Papua, kerja sama ini menjadi kunci utama dalam menjaga keberlanjutan ekosistem di kawasan tersebut.
“Kami menganggap ini sebagai langkah positif, karena merupakan bagian dari kolaborasi dalam pengelolaan kawasan konservasi. Hari ini kami hadir dalam kegiatan Diseminasi Hasil Studi Biogeofisik, Spatial, Sosial Budaya Di Daerah Aliran Sungai Lanskap Cycloop untuk aktif merumuskan program yang akan dijalankan bersama,” ujar Raufik Mubarak.
Kawasan Cyclops memiliki peran penting sebagai sumber mata air utama bagi Kota dan Kabupaten Jayapura serta sebagai wilayah mitigasi bencana. Kerusakan ekosistem di bagian atas kawasan ini dapat berdampak luas terhadap pemukiman di bawahnya, sehingga tanggung jawab untuk menjaga Cycloop harus dilakukan secara kolektif oleh seluruh pihak terkait.
Upaya rehabilitasi kawasan ini sebenarnya telah dilakukan sejak lama. Berbagai pendekatan telah diterapkan, termasuk pendekatan sosial melalui program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan. Hingga saat ini, terdapat sekitar 20 kelompok yang secara intensif didampingi untuk meningkatkan kesadaran mereka dalam menjaga lingkungan.
Selain pendekatan sosial, ada juga pendekatan teknis, seperti pemulihan ekosistem yang sebelumnya telah dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk PLN dan instansi terkait. Salah satu upaya pemulihan ini adalah program penanaman kembali untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem di Cycloop.
Pendekatan kelembagaan juga menjadi bagian dari strategi konservasi ini. BPKSDA Papua berpartisipasi aktif dalam berbagai forum kolaborasi dengan LSM, pemerintah daerah, dan pemerintah provinsi untuk memperjelas batas-batas kawasan konservasi serta menentukan langkah-langkah strategis dalam pengelolaannya.
Salah satu program yang sedang dikembangkan adalah penanaman bambu di area batas kawasan konservasi, yang bertujuan untuk mempertegas perbedaan antara kawasan inti dan zona penyangga. Langkah ini diharapkan dapat membantu dalam pelestarian ekosistem sekaligus mengurangi potensi kerusakan lingkungan.
Namun, untuk tahun ini, BPKSDA Papua masih menunggu kepastian anggaran sebelum menentukan target yang lebih konkret dalam program konservasi.
“Saat ini anggaran kami masih dalam proses penyelesaian dan penyesuaian, sehingga program yang akan dijalankan masih menunggu kepastian ketersediaan dana,” jelas Raufik Mubarak.
Dengan berbagai tantangan yang ada, kolaborasi lintas sektor tetap menjadi faktor utama dalam menjaga kelestarian kawasan Cycloop.
Semua pihak diharapkan dapat berkontribusi dalam menjaga ekosistem ini demi keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat Kota dan Kabupaten Jayapura. (Redaksi)