Timika, APN – PT Freeport Indonesia berkomitmen dalam menjaga kelestarian alam di wilayah yang terdampak penambangan, seperti di wilayah dataran tinggi Grasberg serta pesisir Mimika.
Penghijauan di dataran tinggi dilakukan PTFI dengan melakukan revegetasi atau penanaman kembali tanaman endemik di bekas areal tambang.
Jenis vegetasi yang ditanam, sesuai dengan reklamasi yang dilakukan adalah sejenis rumput lokal, beberapa spesies rhododendron dan lumut.
Khusus di wilayah pesisir PTFI melakukan penanaman pohon mangrove di dataran baru yang terbentuk dari proses sedimentasi tailing halus.
General Superintendent Reclamation, Biodiversity and Education PT Freeport Indonesia Roberth Sarwom mengatakan PTFI dalam melakukan penambangan juga berfikir tentang dampak yang dihasilkan, salah satunya adalah adanya tailing halus yang terbawa aliran sungai hingga ke wilayah pesisir sehingga menjadi sebuah pulau baru atau delta.
PTFI yang berkomitmen dalam menjaga lingkungan berusaha mempertahanakan pulau atau daratan tersebut dengan cara melakukan penanaman mangrove yang memiliki potensi atau fungsi sebagai penahan abrasi.
“Dengan adanya penanaman mangrove ini diharapkan daratan baru dapat terjaga, sehingga dapat dimanfaatkan lebih luas di masa depan,” jelasnya saat ditemui usai melakukan penanaman mangrove di muara Ajkwa, Jumat (25/2/2022).
Program penanaman mangrove kata Roberth sudah dimulai sejak tahun 2004, dengan menanam 6 jenis pohon, namun dari jenis tersebut penanaman yang paling sukses adalah mangrove.
“Jenis mangrove yang kita tanam adalah Rhyzophora mucronata yang berakar panjang sehingga ketika ada bibit-bibit (tanaman) lain bisa tertahan di akarnya untuk kemudian terjadi suksesi alami (tumbuhnya tumbuhan lain hingga membentuk hutan),” ujarnya.
Roberth melanjutkan sejak 2004 pihaknya telah menanam kurang lebih sebanyak 2,6 juta pohon, di luasan 450 hektar daratan baru.
“Daratan baru ini dalam bahasa Kamoro disebut dengan Waii dan kandungannya tidak sepenuhnya tailing tetapi ada sedimen alami yang tercampur, kemudian tailing halus ini sangat cocok dengan habitat mangrove karena tailing halus itu bentuknya lumpur,” jelasnya.
Menurut Roberth adanya ekosistem mangrove yang terbentuk secara tidak langsung menyeimbangkan ekosistem muara dengan hadirnya burung-burung liar yang menjadikan lokasi tersebut sebagai sarang, karena banyaknya ikan yang mencari makan disekitar lokasi mangrove.
“Jadi boleh dibilang tempat yang tadinya kosong itu bisa menjadi ramai oleh berbagai satwa,” ucapnya.
Roberth mengklaim tingkat keberhasilan program penanaman mangrove hampir mencapai 90 persen.
“Kegagalan itu karena terjadinya abrasi, karena mendapat dua tekanan dari dua sisi yakni saat surut arus dari sungai, kemudian ketika pasang arus dari air laut, sehingga dataran mudah rusak, kita pun melakukan penanaman dengan rapat untuk membantu mempertahanakan perakaran, agar tidak mudah rusak saat adanya abrasi,” kata Robeth.
Dalam proses reklamasi di wilayah pesisir tersebut pihaknya kata Roberth juga melibatkan masyarakat asli Papua atau Suku Kamoro yang merupakan penduduk asli wilayah tersebut.
“Kami juga melibatkan masyarakat asli yang memiliki arena disini (muara). Kerjasamanya mereka (masyarakat asli) membentuk sebuah badan usaha dalam bentuk kontraktor. Jadi ada dua kontraktor yang bekerja dengan kami yakni CV Asibek Naram dan CV Kapare,” paparnya.
Anggaran untuk penanaman mangrove dalam satu tahun anggaran menghabiskan sebesar 1,6 Miliar.
“Per kontrak (dengan kontraktor) kami menggelontorkan dana 1,6 Miliar dengan target penanaman seluas 70 hektar, jadi selain penanaman mereka (kontraktor) melakukan penyulaman (penanaman kembali),” ucapnya.
Roberth berharap dengan adanya penanaman yang dilakukan daratan pulau di Mimika semakin luas kemudian bermanfaat bagi masyarakat asli yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan karena tidak perlu lagi jauh mencari sebab ikan yang melimpah di sekitar lokasi mangrove.
“Manfaat yang lain adalah kami PTFI mendukung pemerintah dalam program mengurangi efek rumah kaca, sebab dengan adanya penanaman ini maka lahan yang terbuka akan semakin berkurang,” tutupnya. (Aji)