Timika, APN – Asrama Mahasiswa Mimika di Bandung memerlukan perbaikan atau rehabilitasi gedung, hal tersebut berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh Bagian Sumber Daya Manusia Sekretariat Daerah Kabupaten Mimika, beberapa waktu lalu.
Kepala Bagian Sumber Daya Manusia, Sekretariat Daerah Kabupaten Mimika Marthinus Nuboba mengungkapkan asrama yang dibangun pada 1998 di Bandung tersebut ternyata sepenuhnya tidak digunakan oleh anak suku Amungme dan Kamoro (anak Mimika) tetapi mahasiswa dari Kabupaten tetangga.
“Monitoring itu kami laksanakan beberapa waktu lalu hasilnya yang menggunakan itu dari Kabupaten tetangga, padahal Asrama itu dibangun pada 1998 dan diresmikan oleh bapak Potreyau,” ujarnya saat ditemui Wartawan di Kantor Pusat Pemerintahan Kabupaten Mimika, Kamis (8/4/2021).
Lanjutnya, kondisi bangunan asrama tersebut juga sudah tidak layak sehingga perlu dilakukan perbaikan.
“Kondisi bangunan sudah rusak jadi perlu direnovasi, kedepan mungkin akan dilakukan renovasi dan ditata pengelolaannya,” paparnya.
Karena kondisi tersebut banyak Mahasiswa Mimika yang mengontrak rumah untuk tempat tinggal selama berkuliah.
Ia menambahkan selain masalah tempat tinggal pihaknya mendapat laporan bahwa dana konsumsi (makan dan minum) dan asrama mahasiswa juga telah habis mulai 3 April 2021 lalu.
“Kami juga bertemu dengan pihak Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara (STIP-AN) agar memberikan kebijakan agar diperpanjang (soal konsumsi dan asrama) soalnya dana saat ini tidak ada, jadi menunggu APBD Perubahan 2021,” ujarnya.
Mahasiswa aktif dari Mimika sendiri menurut Marthinus berjumlah 32 Mahasiswa yang terdiri dari putra dua kontrakan dan putri satu kontrakan.
“Rehabilitasi akan kami usulkan, soalnya bangunan ini cukup besar, ada tiga lantai,” ujarnya.
Ditanya tentang kondisi asrama di kota studi yang lain, Marthinus mengatakan pihaknya belum tahu kondisi pasti, tetapi berdasarkan monitoring yang dilakukan tahun lalu, asrama di Manado juga memerlukan rehabilitasi.
“Asrama putra di Manado itu perlu rehabilitasi juga, kemudian asrama putrinya sudah dibangun tetapi belum ditempati itu sudah rusak juga, di Jayapura pun butuh perbaikan terutama perbaikan untuk sumurnya,” terangnya.
Selain soal renovasi, menurutnya tiap asrama juga memerlukan pengasuh atau pengawas sekaligus pengelola yang baik. Karena hingga saat ini tidak ada pengawas atau pengasuh yang mengawasi mahasiswa.
“Jadi setiap asrama itu mahasiswa sendiri, tidak ada pengawas, jadi mereka bebas, harapannya mungkin kedepan kalau tidak ada defisit, kita (Pemkab) akan cari pembina atau pengasuh yang baik, biar terkontrol,” tuturnya. (Aji-Cr01)