Timika, APN – Mencermati munculnya beragam isu terkini mulai aksi demo minta bubarkan Departement SLD Freeport hingga urusan besi tua oleh oknum-oknum yang mengatasnamakan Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa) dan Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro (Lemasko), Rabu (10/03) digelar pernyataan pers dari kedua lembaga adat tersebut di DJ Resto Jalan Poros SP2-SP3.
Kepada Pers di Timika Jhoni Tsingal Beanal yang mewakili Lemasa dan Gregorius Okoare yang mewakili Lemasko memberikan penegasan sekaligus harapannya, terutama terhadap sejumlah isu dan kejadian yang melibatkan kedua lembaga adat ini di Timika, Papua maupun Indonesia secara umum.
“Kita melihat ada beberapa hal yang terjadi diluar seperti aksi demonstrasi atau pembentukan kelompok untuk menyampikan aspirasi dengan mengatasnamai kedua lembaga adat, sementara kedua ketua dari lembaga adat ini sendiri sama sekali tidak mengetahui apa-apa,” Jelas Jhoni Tsingal Beanal.
Sehingga pada kesempatan ini, kata Jhoni Tsingal Beanal baik dirinya sebagai pimpinan Lemasa bahkan Gregorius Okoare selaku Ketua Lemasko semua pihak yang berkepentingan dalam melakukan aksi ataupun menyampaikan aspirasi untuk datang dan bersama-sama duduk berbicara menyelesaikan semua masalah ini dalam Honai dua Lembaga Adat yang ada.
“Kita harus duduk bersama-sama di Honai karena kita sebagai orang adat itu kita bentuk Honai untuk menampung semua aspirasi dan menyampaikan semua keluhan-keluhan, jika kami tidak mampu menyelesaikan maka akan ada jalur lain yang bisa dipakai untuk kita selesaikan masalah yang dihadapi itu bersama-sama,” kata Jhoni Tsingal Beanal.
“Memang ada demonstrasi di PTFI dan juga ada kelompok dimana-mana dan orang melihat Lemasa itu pasti ada Amungme-nya dan begitu juga orang melihat Lemasko itu pasti ada Kamoronya. Jadi kalau ada hal-hal yang mau disampaikan maka sebaiknya mari datang dan bicara bersama dalam Honai Lemasa maupun Lemasko,” tutur Jhoni Tsingal Beanal menegaskan kembali.
Sementara Ketua Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro (Lemasko), Gergorius Okoare lebih menekankan bahwa yang pertama, “Saya minta kepada saudara-saudara baik itu Kamoro maupun Amungme yang ada di Jakarta dan di Timika, dalam hal ini jika mau demonstrasi membubarkan Community Development atau menyampaikan aspirasi kepada PTFI atau mau menemui pimpinan tertinggi PTFI dalam hal ini direktur PTFI, hendaknya dapat menghargai juga eksistensi kedua Lembaga Adat Lemasko maupun Lemasa.”
Menurut Gergorius, tidak tepat pada koridor atau tidak tepat pada sasaran, terlebih jika meminta untuk Freeport membubarkan Departement Social Local Development (SLD), itu tidak benar dan tidak masuk akal. Alasannya, kata Gergorius, SLD itu perusahaan dan diadakan karena kebutuhan perusahaan jadi tidak bisa siapapun yang intervensi kecuali perusahaan itu sendiri. Mau bertemu Pimpinan PT Freeport langsung, itu juga tidak benar karena sebagai dua suku besar ada dua Lembaga Adat yang menjadi payung bagi segenap masyarakat Amungme maupun Kamoro. Artinya bahwa disini ada kedua lembaga adat yaitu Lemasa dan Lemasko yang merupakan satu wadah atau satu payung yang dibentuk oleh masyarakat adat, baik itu Lemasa maupun Lemasko untuk menampung semua aspirasi atau semua keluhan masyarakat suku Lemasa dan Lemasko untuk dilakukannya penyelasaiannya bersama-sama. Kalau mau bicara atau menyampaikan aspirasi maka mari datang dan dibicarakan bersama, supaya terjaga juga wibawa dan kehormatan organisasi Lemasa maupun Lemasko. “Kalau datang sendiri sendiri dan mengatasnamakan Lemasa atau Lemasko, itu yang salah dan tidak Benar.”
Terlebih terhadap sejumlah oknum yang diketahui Gergorius sementara mengurusi soal besi tua di Jakarta, dengan tegas dikatakan Gergorius agar segera pulang dan kembali hidup normal di Mimika. Bahkan kepada semua pihak yang terus-menerus dibohongi oleh setiap oknum yang mengatasnamakan Lemasa dan Lemasko, Gergorius menegaskan agar melaporkan hal itu kepada pihak berwajib agar semuanya ditangkap dan dipenjarakan.
“Tidak ada itu besi tua, segera pulang dan jangan bikin susah diri di Jakarta. Saya juga meminta agar Polisi tangkap semua oknum-oknum yang selama ini mengatasnamakan Lemasa atau Lemasko agar ditangkap dan dipenjarakan. Besi tua itu yang bikin orang per orang dari masyarakat Amungme maupun Kamoro berhutang diatas hutang, padahal itu semua tidak benar tetapi mereka terus tinggal di Jakarta dan pakai nama Lemasa dan Lemasko. Saya minta Polisi tangkap semua oknum-oknum yang pakai nama Lemasa dan Lemasko untuk urusan soal besi tua di Jakarta itu,” tekan Gergorius. (Anis-cr02)