Lestarikan Budaya Kamoro, Freeport Dukung Pesta Adat Arapao di Nayaro

Antar Papua
Momen penyambutan jajaran PT Freeport Indonesia oleh warga masyarakat Kampung Nayaro dengan tarian adat setempat di lokasi Pesta Adat Arapao Nayaro 2022, di Kampung Nayaro, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika Papua Tengah. Jum'at (9/9/2022). (Foto: Wahyu/APN)

Timika, APN – Sebanyak 76 anak berlomba-lomba memanjat tiang yang terbuat dari kayu yang ditanam di depan rumah adat Karapao itu lalu menggapai kain dan rumbai-rumbai yang diletakkan diujung kayu kemudian menjatuhkannya kepada orang tuanya yang sedang menunggu di bawah.

Itulah bagian keseruan tradisi Pesta Adat Arapao suku Kamoro yang digelar di Kampung Nayaro, Distrik Mimika Baru, Jum’at (9/9/2022).

Pelaksanaan Pesta Adat Arapao Nayaro 2022 ini mendapat dukungan penuh dari PTFI, baik dari sisi persiapan hingga pelaksanaannya.

Pesta Adat Arapao Nayaro sendiri merupakan suatu tradisi yang diwarisi secara turun temurun bagi masyarakat suku Kamoro sejak 40 tahun yang lalu, yang mana menurut masyarakat suku Kamoro, tradisi ini dianggap sebagai upacara inisiasi pelepasan anak usia 10 hingga 15 tahun menuju pendewasaan diri, dewasa secara lahir maupun batin.

Tradisi ini dilaksanakan masyarakat setempat setiap lima tahun sekali, dimana setiap anak yang hendak beranjak usia remaja hingga dewasa akan menjalani ritual-ritual tertentu yang dilakukan dalam pesta adat tersebut.

Upacara Arapao atau yang juga dikenal dengan nama Karapao ini dilakukan di sebuah bangunan sementara yang berbentuk memanjang, dengan dinding yang disulap dari anyaman daun sagu, tiang-tiangnya saling terikat, dan atapnya terbuat dari jerami. Lebarnya kira-kira 3 meter dan panjangnya bergantung pada jumlah pintu. Sedangkan jumlah pintu bergantung pada jumlah anak yang akan menjalani upacara tersebut.

Untuk memastikan seorang anak siap melakukan upacara Arapao (Karapao), hal yang dilakukan ialah dengan menyuruh anak dari masing-masing Taparo untuk memanjat tiang kayu yang ditanam di depan rumah adat tersebut untuk meraih kain atau rumbai-rumbai yang diletakkan pada ujung kayu, kain atau rumbai-rumbai itu kemudian dijatuhkan kepada orang tuanya yang berada tepat dibawah tiang tersebut.

Selanjutnya, setelah turun dari ketinggian, rumbai-rumbai yang sudah digapai oleh orang tua tadi kemudian dipakaikan kepada anak dan dibawa ke kali (sungai) untuk menjalani ritual-ritual tertentu yang dipercayai dapat menjadi kontak khusus antara orang tua bersama para moyang untuk memperkenalkan bahwa anak tersebut nantinya akan menjadi pewaris tradisi maupun warisan-warisan adat yang dimiliki suku Kamoro kedepan.

“Kalau kami di Kamoro, kami melihat dari anak memasuki masa-masa pendewasaan, artinya dia sudah bisa terlepas dari orang tua, bisa lebih dewasa pola berpikir dan lain sebagainya,” kata Thomas Koo, salah-seorang warga kepada antarpapuanews.com saat ditemui di lokasi.

“Harapan kami kedepan ya ini kami sudah mengangkat warisan orang tua sejak beberapa tahun lalu yang saat ini kami laksanakan, kedepan kami akan merencanakan akan membuat hal yang sama untuk generasi yang akan datang, kami akan wariskan itu,” tambahnya.

Hal ini merupakan upaya PTFI untuk membantu warga masyarakat adat Suku Kamoro dalam melestarikan budaya-budaya lokal yang sekian lama telah diwarisi oleh leluhur kepada masyarakat adat setempat secara turun temurun.

“Kegiatan ini mencerminkan hubungan erat kita selama 55 tahun PTFI berada di bumi Amungsa ini dan juga tetap selalu kuat, PTFI juga sangat menghargai budaya Kamoro beserta masyarakat yang tinggal di sekitaran wilayah operasi, PTFI berkomitmen untuk terus mendukung dan melestarikan budaya adat Suku Kamoro termasuk acara tradisional Karapao yang kita lakukan hari ini,” terang EVP Technical Services, Christoper Edward Zimmer, dalam sambutannya pada acara puncak Pesta Adat Arapao Nayaro 2022.

VP Community Relations, PTFI, Engel Enoch juga menyampaikan hal yang sama, selain hubungan kerja sama yang baik yang sudah terjalin, upaya-upaya untuk mendukung masyarakat dalam melestarikan budaya-budaya adat juga terus dilakukan.

Kampung Nayaro juga merupakan salahsatu kampung yang masuk dalam wilayah Ring 1, wilayah yang terkena dampak secara langsung dari dampak operasional PTFI. Oleh karena itu, kampung ini juga menjadi salahsatu kampung yang mendapatkan binaan PTFI. Program-program pembinaan terhadap warga masyarakat setempat juga sudah banyak dilakukan.

“Program-program yang kita lakukan disini banyak, program kesehatan, program pendidikan, program ekonomi, transportasi, sudah cukup banyak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, tapi bukan cuman dukungan itu satu kali tapi masih berjalan sampai saya ini,” kata Engel.

PTFI menganggap keselamatan budaya juga menjadi salahsatu resiko yang bisa saja lumpuh bila ditinggalkan. Oleh karena itu, pelestarian budaya ini juga masuk dalam resiko yang perlu dimitigasi oleh PT Freeport Indonesia.

Upaya-upaya lain yang dilakukan PTFI juga adalah menjalin hubungan kerja sama dengan menjadikan sejumlah yayasan menjadi mitra kerja untuk membantu melestarikan seluruh budaya-budaya lokal daerah setempat karya-karya seni-nya. Salahsatunya adalah Yayasan Maramowe, selain itu ada juga Lemasko.

Sementara itu, Ketua Lembaga Musyawarah Adat Kamoro (Lemasko) Georgius Okoare saat ditemui wartawan mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada PTFI beserta instansi terkait yang telah mendukung penuh pelaksanaan rangkaian kegiatan tersebut, baik dari persiapan hingga pelaksanaannya.

Menurutnya, tanpa adanya dukungan PT Freeport Indonesia, puncak dari rangkaian Pesta Adat Arapao Nayaro 2022 tidak akan terlaksana dengan baik. Kata dia, untuk mempersiapkan kegiatan tersebut, masyarakat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan seluruh rangkaian kegiatan sejak tahun 2021 lalu.

“Prosesnya lama, mulai persiapan cari kayu, dari 2021 mulai kita bangun (Rumah Karapao), memang kerjanya cukup berat, biasanya ada ipar-ipar (menantu) yang punya tugas untuk mempersiapkan, ini semua dibangun di rumah adat ini mulai cari kayunya, mulai cari atapnya dan semua lah, jadi kurang lebih setahun,” imbuh Gery sapaan akrabnya.

Gery juga mengharapkan agar kedepannya Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika juga dapat melirik dan membantu masyarakat adat dalam melestarikan warisan budaya yang ada.

Selain itu, setelah pelaksanaan Pesta Adat Arapao Nayaro 2022 di Kampung Nayaro, agenda yang sama selanjutnya akan dilaksanakan di Kampung Nawaripi, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika Papua Tengah dalam kurun waktu dua Minggu mendatang.

Pesta Adat Arapao Nayaro 2022 dihadiri sejumlah tokoh-tokoh penting PTFI, Dandim 1710/Mimika yang diwakili Danramil Koala Kencana, Pimpinan Bank BRI Cabang Timika beserta jajaran dan beberapa tamu penting lainnya. (Wahyu)

Cek juga berita-berita Antarpapua.com di Google News

Penulis: WahyuEditor: Sani