Timika, APN – Tanaman Mangrove dari jenis Acanthus Ilicifolius atau yang biasanya disebut daruju kini dapat menjadi pilihan menarik para pecintah teh.
Pasalnya, daun teh tanaman bakau ini mengandung antioksidan atau panangkal radikal bebas dalam tubuh manusia.
Di Mimika, Papua, Kelompok Tani Pigapu Aimapuramo sudah sadar akan manfaat teh ini. Kelompok yang didominasi oleh mama-mama Papua dari Suku Kamoro ini, sejak 2018 sudah berlatih membuat ektrak teh dan saat ini, produk teh rumahan itu sudah mulai dikemas secara moderen dan dipasarkan melalui pameran, festival budaya bahkan di PON XX Papua klaster Mimika.
Berlinda Mawane Makapoka, petani teh asal Pigapu yang juga sebagai Ketua Kelompok Pigapu Aimapuramo mengatakan, dengan memproduksi teh ini selain dapat menikmati dampak ekonominya juga berdampak bagi kesehatannya.
“Mama punya kaki luka ini, dulu tidak sembuh-sembuh. Samapi bertahun-tahun. Tapi waktu mama minum ini, sudah dua tahun ini, mama punya kaki ini sembuh, bersih,” kata Berlinda saat dijumpai di Tenda Penjualan, GSG Emeneme Yauware, Timika, Selasa (12/10/2021).
“Hasilnya, mama juga pakai untuk beli adik punya baju seragam sama bayar kebutuhan adik sekolah di Jakarta,” tambahnya.
Dikatakan Mama Berlinda, dahulu para leluhur memakai daun daruju sebagai pengganti tembakau. Meski belum terbukti secara ilmiah, menurutnya, tembakau dari acanthus ini tidak menyebabkan sesak dada.
“Tapi sekarang kita jadikan ini teh. Kita minum tidak pakai gula. Orang di kampung jadi kuat kerja juga,” ujar Berlinda.
Pengetahuan yang dimiliki oleh Kelompok Tani Pigapu Aimapuramo memang tidak terlepas dari pendampingan oleh Cabang Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Mimika dan Yayasan Ekologi Sahul Lestari.
Pendamping Lapangan Yayasan Ekologi Sahul Lestari, Dr. Dendy Sofyandy menyatakan, pendampingan yang dilakukan pihaknya tak lain adalah untuk mengkampanyekan produk hutan bakau non kayu. Teh mangrove tersebut menjadi pilihan karena memiliki manfaat bagi kesehatan.
Dikatakan, melalui dukungan dana dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pihak Yayasan melakukan pendampingan produksi hingga pemasaran. Bahkan saat ini melalui Program Desa Berinovasi mendapatkan sentuhan dan dukungan dana dari Bank Papua untuk permodalan.
“Yang membedakan mangrove kita dengan yang lainnya (di Indonesia), itu mangrove kita ini masih alami. Dan mama ini melakukan pemetikan itu tidak jauh dari rumahnya. Yang paling penting, teh ini mengandung antioksidan bagi tubuh kita,” ungkap Dendy.
Proses produksi teh ini, bagi Dendy amatlah sulit. Sebab kelompok tani Pigapu harus membagi tugas dalam kelompok, mulai dari pemetikan, pencacahan, penjemuran hingga pengemasan.
“Semua itu dilakukan kira-kira dua mingguan,” kata Dendy.
Jauh sebelumnya, Cabang Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Mimika juga telah melakukan pendampingan yang sama sejak tahun 2018.
Kepala Cabang Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Mimika, Maryana J E. Hamadi di waktu yang sama mngatakan, saat ini pihaknya masih berusaha mendanai pendampingan dan pelatihan terhadap kelompok tani melalui dana APBD Provinsi. Meski demikian, dengan keterbatasan pendanaan dari Pemerintah, pihaknya juga membuka peluang bagi pendonor di tingkat Lembaga Swadaya Masyarakat dan BUMN.
Saat ini yang menjadi fokus pihaknya adalah agar para petani ini memiliki ijin edar produk olahan mereka. Meski begitu, saat ini para petani sudah mengantongi ijin edar Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika.
“Tapi kami saat ini masih berusaha terus agar produk ini memiliki ijin edar dari BPOM,” jelas Marya.
Ace Baehaki dalam Jurnal Teknologi Hasil Perikanan bertajuk Uji Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Teh Daun Daruju (Acanthus Illicifolius) tahun 2020 yang diterbitkan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya menyebutkan, ekstrak kasar minuman teh daun acanthus atau daruju ini memiliki senyawa bioaktif yang berperan sebagai antioksidan.
Penelitian itu menyebutkan, hasil aktivitas antioksidan metode DPPH bernilai sedang terdapat pada ekstrak daun daruju kering dengan nilai IC50 101,4 ppm dan ekstrak minuman teh daun daruju dengan penyeduhan yaitu 294,9 ppm. Sedangkan metode daya reduksi, kata Baehaki, juga menunjukkan hasil terbaik pada ekstrak daun minuman teh daruju dengan perebusan.
Hal yang sama, Lisa Oktari Anggraini dalam Skripsi Pengayaan Varian Rasa Teh Acanthus Ilicifolius Terhadap Antioksidan dan Tingkat Kesuksesan Konsumen yang diteerbitkan Departeman Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara tahun 2020 menyimpulkan, hasil uji organoleptik teh daun jeruju (Acanthus ilicifolius) menunjukkan bahwa pada perlakuan 50% + 50 % dengan penambahan rasa jeruju + melati memperoleh nilai tertinggi pada skala numerik 4 dengan keterangan suka yaitu sebesar 71,5%, 74,3% dan 80%.
Hasil pemeriksaan aktivitas antioksidan dengan menggunakan spektrofotometer UV visibel pada jeruju dengan perlakuan 100%, menurut Lisa, memiliki nilai IC50 sebesar 102,35 dengan keterangan sedang. Namun dengan penambahan melati aktivitas antoksidan berubah menjadi kuat.
“Dengan penambahan variasi rasa pada teh jeruju maka tingkat kesukan masyarakat terhadap teh meningkat,” kata Lisa. (Wahyu)