Antarpapua.com – Indonesia memiliki ribuan jenis kue tradisional yang tersebar di berbagai daerah, masing-masing dengan cita rasa, bentuk, dan kisah budaya yang unik. Salah satu kue khas yang layak untuk dikenali dan dilestarikan adalah kue kompiang, roti legendaris dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Bagi masyarakat Manggarai, kompiang bukan sekadar makanan biasa. Roti bulat dengan taburan wijen ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, simbol keramahan, dan bahkan oleh-oleh khas dari daerah sejuk di kaki pegunungan Flores tersebut.
Asal Usul Kue Kompiang
Meskipun dikenal sebagai kuliner khas Manggarai, sebenarnya kue kompiang memiliki akar sejarah yang panjang dan lintas budaya. Banyak sejarawan kuliner meyakini bahwa kue ini merupakan hasil akulturasi antara budaya lokal Manggarai dan budaya Tionghoa.
Nama “kompiang” atau dalam beberapa versi disebut juga “kong piang”, diyakini berasal dari kata dalam dialek Hokkien, sejenis roti tawar dari China yang dahulu dibawa oleh para pedagang dan imigran Tionghoa. Seiring waktu, resep dan teknik pembuatannya mengalami penyesuaian lokal, sehingga terciptalah versi kompiang khas Manggarai yang kita kenal sekarang.
Uniknya, di Manggarai, kompiang sering kali disajikan saat pertemuan adat, pesta keluarga, bahkan sebagai oleh-oleh khas dari kota Ruteng atau sekitarnya. Rasa khasnya yang gurih, padat, dan sedikit keras membuat roti ini bisa tahan lama tanpa bahan pengawet.
Ciri Khas Kompiang Manggarai
Berikut beberapa ciri khas kompiang dari Manggarai:
- Bentuk bulat pipih, diameter sekitar 6–10 cm.
- Bagian luar keras dan renyah, tapi dalamnya padat dan lembut.
- Aroma khas dari taburan biji wijen di permukaan.
- Tidak manis, karena tidak menggunakan gula.
- Daya tahan lama, bisa disimpan hingga beberapa hari.
- Cocok disajikan dengan kopi Manggarai atau teh panas.
Fungsi Sosial Kompiang di Masyarakat Manggarai
Kue kompiang tidak hanya hadir di meja makan, tetapi juga dalam banyak aspek sosial budaya masyarakat Manggarai:
- Sebagai simbol penghormatan kepada tamu.
- Oleh-oleh khas Ruteng, yang banyak dijual di pasar tradisional atau toko oleh-oleh.
- Bekal perjalanan karena sifatnya yang awet dan tidak mudah basi.
- Makanan dalam upacara adat atau hari besar keagamaan.
Cara Mudah Membuat Kompiang Khas Manggarai di Rumah
Ingin mencoba membuat kompiang sendiri di rumah? Berikut resep sederhana yang bisa Anda ikuti.
Bahan-bahan:
- 500 gram tepung terigu protein tinggi
- 1 sdt ragi instan
- 1 sdt garam
- 250 ml air hangat
- 2 sdm minyak goreng
- Wijen secukupnya (untuk taburan)
- Air untuk olesan
Langkah-langkah Membuat:
- Aktifkan ragi: Campur ragi dan sedikit air hangat. Diamkan 10 menit sampai berbuih.
- Uleni adonan: Campur tepung dan garam. Tambahkan air ragi dan minyak. Uleni hingga kalis dan elastis.
- Diamkan adonan: Tutup dengan kain bersih. Diamkan 1 jam hingga mengembang dua kali lipat.
- Bentuk kompiang: Ambil adonan, bulatkan kecil-kecil lalu pipihkan. Basahi permukaan atas dan celupkan ke wijen.
- Panggang: Tata di loyang dan panggang dalam oven bersuhu 180°C selama 20–25 menit hingga keemasan.
- Dinginkan dan siap disajikan!
Tips: Jika tidak punya oven, kompiang bisa dipanggang di atas wajan datar dengan api kecil dan tutup rapat.
Kue kompiang khas Manggarai adalah contoh nyata bagaimana kuliner bisa menjadi saksi sejarah dan alat pemersatu budaya. Perpaduan pengaruh Tionghoa dan kearifan lokal Manggarai menciptakan sebuah makanan sederhana yang kaya makna.
Mudah dibuat, bergizi, dan menyimpan nilai budaya tinggi kompiang layak dilestarikan sebagai salah satu warisan kuliner Nusantara. Cobalah membuatnya sendiri di rumah, dan rasakan jejak rasa yang telah melintasi waktu dan generasi. (AP)
