Antarpapua.com – Kamu menjauh dari yang menyakitimu? Itu alamiah, tidak apa-apa. Di otak, luka psikis sama sakitnya dengan luka fisik. Menjauh adalah cara tubuhmu memulihkan diri.
Kita sering merasa bersalah saat menjauh dari orang atau situasi yang menyakiti kita. Seakan-akan, menghindar adalah tanda kelemahan atau ketidakmampuan untuk menghadapi kenyataan. Padahal, secara ilmiah, keputusan untuk menjaga jarak adalah bentuk perlindungan diri yang sangat alami dan penting — bahkan sangat dibutuhkan oleh otak dan seluruh sistem tubuh kita.
Luka Psikis = Luka Fisik di Mata Otak
Penelitian neurosains menunjukkan bahwa rasa sakit emosional di otak memicu area yang sama dengan rasa sakit fisik. Ketika seseorang ditolak, dipermalukan, dikhianati, atau disakiti secara emosional, otak merespons dengan cara yang sangat mirip ketika tubuh mengalami cedera.
Korteks singulat anterior, bagian otak yang mengatur rasa sakit, akan aktif ketika kamu mengalami stres emosional. Jadi, bukan hanya perasaanmu yang “terluka” — tubuhmu pun merespons layaknya sedang terluka secara fisik. Inilah mengapa kamu merasa letih, sesak, tidak semangat, bahkan sakit kepala atau mual saat berada dalam hubungan atau situasi yang menyakitkan.
Menjauh Bukan Berarti Lemah
Ketika kamu memilih untuk menjauh dari seseorang atau sesuatu yang menyakitimu, kamu sebenarnya sedang mengaktifkan mekanisme pertahanan alami yang dikenal sebagai “coping strategy”. Ini adalah cara otak dan tubuh untuk mereset sistem saraf dan kembali ke keadaan seimbang.
Bayangkan tubuhmu seperti luka terbuka. Jika terus disentuh, disayat, atau terkena infeksi, luka itu tidak akan pernah sembuh. Sama halnya dengan luka emosional. Ia butuh ruang dan waktu untuk pulih — tanpa paparan dari sumber luka itu sendiri.
Sel Tubuh Juga Butuh Pemulihan
Banyak orang tidak sadar bahwa stres emosional kronis bisa berdampak langsung ke kesehatan sel dan sistem imun. Saat kamu terus-menerus berada dalam situasi yang menekan batin, tubuh memproduksi hormon stres seperti kortisol secara berlebihan. Ini menyebabkan:
- Sel imun melemah
- Penyembuhan luka menjadi lambat
- Risiko penyakit jantung, gangguan tidur, dan gangguan pencernaan meningkat
- Kerusakan sel saraf di otak (khususnya di hippocampus, pusat memori dan pembelajaran)
Dengan menjauh, kamu sedang memberi kesempatan kepada sel-sel dalam tubuhmu untuk “bernapas”, meregenerasi, dan memperkuat sistem pertahanan alami.
Tidak Perlu Merasa Bersalah
Menjaga jarak bukan berarti kamu membenci. Menjauh bukan berarti kamu egois. Itu adalah pilihan sadar untuk mencintai dan menyelamatkan diri sendiri. Karena kamu tidak bisa menyembuhkan luka sambil tetap membiarkan tangan yang sama terus melukaimu.
Beri ruang. Ambil napas panjang. Dengarkan tubuhmu. Biarkan dirimu pulih, karena kamu layak untuk sehat — bukan hanya secara fisik, tapi juga secara emosional.
Menjauh Untuk Kembali Sehat
Menjauh adalah bentuk kasih sayang tertinggi kepada diri sendiri. Dalam sunyinya, tubuhmu memperbaiki luka. Dalam jaraknya, jiwamu kembali bernapas. Jadi jangan ragu untuk menjaga jarak dari yang menyakitimu. Itu bukan pelarian — itu perjalanan pulang menuju dirimu yang utuh dan sehat. (AP)