Timika, APN – Sales Branch Manager (SBM) SPBU IV Papua Nanda Septiantoro mengatakan oktan yang lebih baik menjadi alasan premium mulai dikurangi dan digantikan dengan pertalite.
“Perlu diketahui oleh masyarakat bahwa Premium itu bukan hilang, tetapi diahlikan ke pertalite. Karena Premium oktan number 88 nilainya, sedangkan pertalite 90 round, artinya semakin tinggi oktan maka semakin bagus kualitas bahan bakar tersebut yang mana semakin rendah kualitas oktan tersebut maka BBM-nya itu pembakaran tidak sempurna yang akhirnya menimbulkan emisi gas buang, yang menimbulkan pencemaran udara,” jelasnya saat ditemui Wartawan di Jalan Budiutomo, Kamis (02/11/2021).
Kebijakan pengalihan tersebut diambil oleh Pertamina berdasarkan PP nomor 41 tahun 99 terkait pengurangan pencemaran udara ditambah Permen LHK RI Nomor P 20 tahun 2017 tentang baku mutu emesi gas buang kendaraan bermotor.
Nanda menambahkan dengan oktan 88 premium berpotensi menimbulkan pencemaran udara yang lebih besar maka pertamina yang ingin ikut membantu menjaga kebersihan udara, memutuskan untuk mengalihkan ke pertalite.
“bagi para Nelayan dipastikan tidak apa -apa untuk menggunakan Pertalite, karena jenisnya sama, dan dijamin lebih hemat,karena ada tingkatan – tingkatan, dan yang paling rendah tingkatannya,” ujarnya.
Nanda juga menyebut bahan bakar yang ramah lingkungan dan hemat adalah pertamax 92.
“masyarakat Mimika rata-rata sudah beralih ke pertamax, karena sudah mengerti manfaatnya dari BBM berkualitas tadi.
Soal masyarakat yang belum kenal dengan pertalite, diakuinya karena kurangnya edukasi, meski sosialisasi sudah lama dilakukan apalagi soal pencemaran lingkungan hidup masyarakat.
“Kalau bahan pembakaran tidak sempurna maka efeknya pencemaran udara,” tutupnya. (Anis)