Timika, Antarpapua.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika melakukan pelatihan kepada ratusan kader malaria tentang program pemberian obat Primaquine dosis optimal yang digelar di Hotel Grand Tembaga, Jumat kemarin (25/10/2024).
Obat Primaquine adalah obat yang digunakan untuk menangani dan mencegah malaria serta pheunomia pneumocystis. Obat Primaquine atau obat coklat ini diberikan untuk dihabiskan selama 14 hari namun sekarang sudah ada yang hanya untuk tujuh hari.
Hal ini diungkapkan oleh Koordinator Penelitian Malaria, Dr. Enny Kamalangen saat diwawancarai di sela-sela kegiatan pelatihan kader malaria, Jumat (25/10/2024) kemarin.
Ia mengatakan pelatihan kader ini bertujuan melatih para kader-kader malaria untuk memantau keamanan obat Primaquine dosis optimal.
Keterlibatan para kader ini nantinya akan memantau obat dosis optimal yang diberikan setelah hari keempat hari ketujuh dan bahkan delapan Minggu terhitung dari setelah pasien mengkonsumsi obat malaria.
“Pemberian obat ini harus mengikuti prosedur yang benar. Sebelum pemberian obat pasien harus terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan G6PD,” ucap Dr. Enny kepada Antarpapua.com
Yang dimaksud dengan G6PD atau Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase adalah enzim yang membantu sel darah merah berfungsi dengan baik. Dosis optimal ini hanya diberikan kepada pasien yang G6PD-nya normal. Namun bila pasien G6PD-nya rendah maka diberikan dosis rendah guna menghindari pendarahan.
Pemeriksaan G6PD ini harus dilakukan di Puskesmas.
Adapun puskesmas yang terlibat pemeriksaan G6PD antara lain Puskesmas Timika, Puskesmas Wania, Puskesmas Pasar Sentral dan Puskesmas Bintuka.
“Jika sudah ada hasil, pasien harus setuju dulu apakah ikut pengobatan dosis Primaquine optimal atau tidak, jika pasien menyetujui maka para kader akan memantau di hari keempat setelah minum obat,” ujarnya.
Secara mekanisme tugas dari para kader ini adalah memantau keamanan obat di hari keempat dengan bisa mengunjungi pasien di rumah sehingga mengecek apakah ada efek samping yang terjadi dari pemberian obat ini atau tidak.
Tetapi sejauh ini, penelitian yang dilakukan satu tahun terakhir ini hampir tidak ada efek samping yang berat dari pemberian obat ini, terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pelatihan para kader ini ada setiap tahun, bekerja sama dengan PERDHAKI dan Dinas Kesehatan. Dan hari ini yang kami latih hampir 200 orang yang berasal dari kelurahan atau kampung tempat mereka berdomisili.
Ia selalu menghimbau agar para kader malaria ini selalu semangat dalam menjalankan tugas yang diberikan, “kita kerja dengan masyarakat kadang gampang kadang tidak oleh karena itu tetap sabar dan selalu semangat,” tutupnya. (Lyddia Bahy)