Timika, Antarpaua.com – Pembukaan Papuan Bridge Program Youth Entrepreneurship 2024 di Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) PT Freeport Indonesia (PTFI) diikuti oleh 11 orang setelah mengikuti rangkaian seleksi.
Pembukaan berlangsung di aula IPN, Kuala Kencana, Rabu (17/4/2023) dihadiri Senior Vice President (SVP) Sustainable Development PTFI, Nathan Kum dan Superintendent Apprentice Management Nemangkawi Mining Institute, Imanuel Kafiar dan stafnya.
Superintendent Apprentice Management Nemangkawi Mining Institute, Imanuel Kafiar pada kesempatan itu mengatakan, tujuan diselenggarakan acara ini adalah untuk mengawali berjalannya aktivitas pembelajaran Papuan Bridge Program Youth Entrepreneurship yang berlangsung 3-4 bulan.
“Jadi kegiatan ini sekaligus sebagai ajang memperkenalkan program kepada pihak-pihak terkait untuk mengajak peran serta dan keterlibatan, dalam pengembangan kualitas generasi muda Papua,” kata Imanuel kepada Antarpapua.com.
Imanuel mengatakan, IPN didirikan pada tahun 2003 merupakan bentuk komitmen sosial PTFI untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM, khususnya masyarakat lokal Papua agar menjadi tenaga kerja kompeten serta siap kerja melalui program-program pelatihan.
“Inilah salah satu program pelatihan reguler dimiliki IPN selain program apprentice, adalah Papuan Bridge Program,” ujarnya.
Lanjutnya, Papuan Bridge Program merupakan program pengembangan berdurasi singkat, untuk mahasiswa Papua telah lulus dari perguruan tinggi atau universitas.
Nantinya mereka akan melanjutkan ke dunia kerja, apabila mereka memiliki potensi dapat terjun ke dunia usaha.
“Kami IPN terus berupaya mengembangkan kapasitas generasi muda Papua semaksimal mungkin, lulusan nantinya mampu bersaing dan berprestasi di dunia kerja sesungguhnya,” katanya.
Menurut Imanuel, sejak pertama kali diluncurkan di tahun 2012, hingga tahun 2020 telah berhasil meluluskan 213 siswa yang terbagi dalam 19 Angkatan.
Hingga saat ini para alumni telah bekerja di berbagai bidang profesi dan perusahaan seperti pertambangan, perbankan, BUMN, LSM, instansi pemerintahan, lembaga pendidikan, pengusaha, perusahaan swasta, dan kontraktor, termasuk PTFI.
Lanjutnya, proses pembelajaran di di IPN mengadopsi metode dinamis di mana, peserta diajarkan berbagai hal pada umumnya akan dijumpai dan dihadapi dalam dunia kerja, maupun usaha, seperti ketrampilan berbicara di muka umum.
Hal lain adalah mahasiswa juga nantinya memiliki kemampuan presentasi, ketrampilan komputer, kemampuan berbahasa Inggris, kepemimpinan, kewirausahaan, tips menghadapi psikotes dan wawancara, serta materi-materi lainnya.
“Dalam program ini, kami berkolaborasi dengan berbagai divisi dan departemen di PTFI, seperti L&OD, PAD, Community Economic Development, Departemen Environmental dan instansi terkait lainnya di internal, maupun eksternal PTFI,” jelasnya.
Lebih lanjut, Papuan Bridge Program atau PBP adalah bukan program ikatan dinas dengan IPN, maupun PTFI, sehingga setelah menyelesaikan program ini, para peserta dapat mendaftarkan diri ke berbagai perusahaan, organisasi, termasuk instansi pemerintahan.
Di tahun 2024, setelah vakum lebih dari tiga tahun, Papuan Bridge Program kembali dibuka dengan
konsep baru bernama Papuan Bridge Program Youth Entrepreneurship (PBP YET).
“Jadi PBP YET lebih difokuskan kepada pengembangan kapasitas anak-anak muda asli Papua yang memiliki minat dan bakat di bidang kewirausahaan atau biasa disebut bisnis,” katanya.
Secara spesifik lanjut Imanuel bahwa, tujuan PBP YET yaitu mengembangkan minat dan bakat generasi muda Papua untuk menjadi pengusaha mandiri dan berdaya saing.
Kemudian meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, serta mental para generasi muda asli Papua untuk menjadi pengusaha yang kompeten di dunia usaha.
“Dan menciptakan agen-agen perubahan menjadi magnet, contoh dan teladan bagi generasi muda Papua lainnya untuk berani terjun ke dunia usaha,” jelasnya.
Selanjutnya, untuk menunjang berjalannya program pelatihan ini, PBP YET mengadopsi materi pembelajaran dari program dream builder dibuat oleh Freeport McMoran Foundation, yang berkolaborasi dengan Thunderbird School of Global Management dan Arizona State University (ASU).
Dream builder merupakan program pelatihan bersertifikasi online gratis, yang telah diikuti oleh lebih
dari 185 ribu orang di 182 negara.
Program berbahasa Inggris ini memiliki 13 modul pembelajaran, mencakup pengetahuan bisnis dasar diperlukan untuk memulai dan mengembangkan usaha kecil, seperti membuat rencana bisnis, pemasaran, penetapan harga, dan materi lainnya.
Metode pembelajaran dilengkapi secara visualisasi, video animasi, cerita pengalaman dari praktisi usaha, dan dilengkapi dengan template-template bisnis sederhana.
“Ini juga memudahkan para pelaku usaha yang baru belajar berbisnis atau mereka yang sudah memiliki bisnis dan ingin mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya,” ujarnya.
Masih menurut Imanuel, untuk menopang program ini, IPN juga berkolaborasi dengan seksi Pembinaan dan Pengembangan UMKM, (PPUMKM) Departemen Community Economic Development (CED) yang akan bertindak sebagai instruktur dan fasilitator.
“Jadi PPUMKM-CED dinilai telah memiliki segudang pengalaman dalam mengembangkan dan membina pengusaha-pengusaha lokal asli Papua,” katanya.
Berkaitan dengan proses penjaringan kandidat PBP YET lanjut Imanuel, tim PBP NMI dan tim PPUMKM CED telah mulai melakukan proses seleksi kandidat PBP YET sejak pertengahan tahun 2023, hingga awal tahun 2024.
Para kandidat PBP YET dijaring melalui beberapa tahapan proses seleksi, yaitu tes verbal dan numerik, wawancara, kunjungan lapangan ke tempat usaha calon peserta, dan tes kesehatan.
Menurutnya, proses penjaringan dan seleksi dilakukan di beberapa kampus di Timika dan bagi peserta
berdomisili di luar Timika dilakukan secara online.
Tahapan tes verbal dan numerik diikuti oleh 252 orang, kemudian yang dinyatakan lolos ke tahapan
wawancara sebanyak 115 orang, dan diperoleh 48 orang yang lolos tes wawancara.
Setelah dilakukan verifikasi tempat usaha, minat dan bakat, maka diperoleh 16 orang yang lolos ke tahapan tes kesehatan.
Dari 16 kandidat PBP YET tersebut, 1 orang mengundurkan diri, 5 orang tidak lolos tes kesehatan dan 11 orang dinyatakan lolos tes kesehatan.
“11 orang tersebut adalah mereka yang saat ini hadir bersama-sama dengan kita, terdiri dari 1 laki-laki dan 10 perempuan,” jelasnya.
Adapun asal peserta ini di mana 2 peserta berasal dari Suku Amungme, 3 peserta dari Suku Kamoro, 1 peserta dari Suku Dani, 1 peserta dari Suku Damal, 1 peserta dari Suku Moni dan 3 peserta dari Papua lainnya yakni Biak, Waropen dan Raja Ampat.
Para peserta akan mengikuti pembelajaran selama 15 minggu atau 3-4 bulan secara hybrid online dan offline, yang akan dipandu oleh para instruktur dari IPN dan program pembinaan dan pengembangan UMKM CED untuk mengakses dan menyelesaikan 13 modul dream builder, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan para siswa memahami materi yang diberikan.
“Harapan kami, para peserta PBP YET mampu mengaplikasikan materi-materi Dream Builder secara praktis ke dalam aktivitas usahanya, sehingga berdampak positif bagi kemajuan usaha mereka.”
“Kalau pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dapat dibagikan dengan orang lain di sekitar mereka. Tak kalah penting, yaitu diharapkan para peserta setelah menamatkan pembelajaran di PBP YET dapat diterima dalam program UMKM (PPUMKM) CED PTFI,” katanya.
Lanjutnya, ini juga bertujuan agar memperoleh pendampingan secara langsung dari mentor-mentor bisnis, telah memiliki pengalaman dalam pendampingan dan pembinaan kepada pengusaha-pengusaha lokal Papua.
“Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan tantangan dalam upaya kami untuk mengembangkan generasi muda Papua secara berkelanjutan, tetapi kami yakin dengan komitmen dan
kesungguhan, maka niscaya suatu hari nanti akan muncul pengusaha-pengusaha muda asli Papua sukses dan menjadi agen-agen perubahan,” katanya.
Imanuel mengajak peran serta dan kolaborasi dari semua pihak, untuk bergandeng tangan bersama menyukseskan program-program pengembangan sumber daya manusia Papua, secara khusus Papuan
Bridge Program Youth Entrepreneurship.
“Saya harap kehadiran PTFI di Tanah Amungsa Bumi Kamoro menjadi saluran berkat bagi orang Papua di Mimika, dan Tanah Papua pada umumnya,” harapnya.
Sementara Senior Vice President (SVP) Sustainable Development PTFI, Nathan Kum mengatakan, memang semua orang memiliki keinginan untuk sukses dan mendapatkan sesuatu tetapi semua itu butuh proses panjang.
“Hari ini saya menemukan ada 11 peserta PBP-YET karena telah memiliki usaha dan kini menjalani pelatihan di IPN PTFI dengan segala macam jenis usaha. Ini sangat baik mengembangkan talenta anak Papua,” katanya.
Nathan mengatakan, program ini bertujuan mengundang orang yang punya keinginan kuat untuk belajar mengembangkan usaha di miliki melalui PBP-YET IPN.
“Kami PTFI mendukung program ini karena bermanfaat bagi masyatakat yang menekuni dunia usaha. Saya yakin kalian akan sukses ke depan setelah belajar di IPN,” katanya.
Lanjutnya, siapa yang bilang kalau orang Papua itu tidak berkembang dalam usaha. Itu hanyalah mitos karena kita semua adalah sama.
“Kita gagal karena malas belajar, malas berusaha. Tuhan menciptakan kita semua sama haya saja beda warna kulit dan rambut. Saya harap peserta tetap semangat dan maju,” harapnya.
Nathan meminta kepada 11 peserta, agar terus bersemangat dan mengembangkan talentanya melalui dunia usaha dimiliki. Inisiatif peserta menjadi dasar kemajuan dan pengembangan diri dalam berusaha.
“Kita PTFI ikut memfasilitasi program ini bekerja sama dengan pihak-pihak lain untuk mengembangkan usaha peserta,” ujarnya
Menurutnya, usaha sekecil apapun digeluti peserta pasti ada hasil kedepan sehingga program ini menurutnya sangat penting dilakukan.
“Mari kita bersama berkolaborasi membangun komitmen agar para peserta bisa merasakan manfaatnya setalah menempuh pendidikan di IPN selama 3-4 bulan ke depan,” tandasnya.
Sebelumnya, tahapan tes verbal dan numerik diikuti oleh 252 orang, kemudian yang dinyatakan lolos ke tahapan wawancara sebanyak 115 orang, dan diperoleh 48 orang yang lolos tes wawancara.
Setelah dilakukan verifikasi tempat usaha, minat dan bakat, maka diperoleh 16 orang yang lolos ke tahapan tes Kesehatan.
Dari 16 kandidat PBP YET tersebut, 1 orang mengundurkan diri, 5 orang tidak lolos tes kesehatan dan 11 orang dinyatakan lolos tes kesehatan.
Berikut nama dan jenis usaha 11 peserta yang kini berada di IPN yakni, Agata Eva Yenusi sudah dua tahun menggeluti usaha Virgin Coconut Oil By Rasa Papua, Ageta Alua dengan usaha jualan pinang dan sembako, Beatriks Papuanita memiliki usaha cucian motor, Charolina Magdalena Warfete dengan usaha penyewaan tanah penjualan pulsa konterner.
Selanjutnya Fransina Weyau memiliki usaha jualan pinang dan warung kopi, Joni Uamang berjualan hasil kebun sendiri, Oktovina Migau jenis usaha kios dan jual pinang, Maria Gorensia Mameyau dengan usaha jasa anyam rambut, Riowati Husen memiliki usaha penginapan atau homestay, dan Robina Hagawal dengan usaha jualan nasi kuning.
(Penulis : Acel | Editor : Sianturi)