Timika, Antarpapua.com – Penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Africa merupakan penyakit yang menyerang pada babi dan menyebabkan kematian.
Yetty Hervianti selaku dokter hewan dari Disnakkeswan mengatakan penyakit African Swine Fever (ASF) ini dapat menular melalui kontak langsung antar babi peliharaan, pakan dan sisa makanan yang terkontaminasi, perpindahan babi melalui kendaraan, hewan dan serangga pembawa virus seperti tikus, lalat, caplak,dll, peralatan kandang yang terkontaminasi, pakaian dan alas kaki yang terkontaminasi.
Oleh karena itu dinas terkait dalam hal ini Disnakkeswan Kabupaten Mimika siap membantu dalam memperkenalkan kepada para peternak babi apa yang harus dilakukan setelah ASF ini menyerang babi peliharaannya, ucap Yetty saat diwawancarai usai sosialisasi, Rabu (4/9/2024) di Hotel Grand Tembaga.
Drh Yetty memberi semangat kepada para peternak untuk kembali bangkit dari keterpurukan dengan mempersiapkan diri memulai bagaimana mencegah dan menjadi peternak babi yang berhasil tanpa ada penyakit ASF ini lagi.
” Tidak menutup kemungkinan jika ada kelompok atau masyarakat yang membutuhkan sosialisasi kami akan lakukan dan turun memantau ke kandang-kandang untuk melihat secara langsung,” kata Yetty kepada Antarpapua.com
Disnakkeswan akan tetap memantau para peternak babi yang akan kembali untuk beternak lagi.Pemantauan kembali kepada para peternak babi ini dilakukan rutin untuk mendukung pencegahan ASF ini. Karena membebaskan suatu kabupaten dari virus harus ada survey land atau pemantauan kembali.
Salah satu cara mencegah virus ASF ini adalah dwngan melakukan AKSI biosecuriti.
Yang dimaksud dengan AKSI ini adalah:
Awasi ternak serta Orang, Barang dan Hewan (OBH)
Kenali gejala penyakit dan cara penularannya
Selamatkan babi yang sehat
Ingatkan kawan, tetangga dan keluarga
Selain itu cara lain yang dilakukan setelah terserang ASF adalah Re-populasi yaitu pengisian kembali kandang dengan ternak babi yang baru.Biasanya dilakukan pada kandang yang kosong setelah ternak habis dijual ataupun mati karena penyakit.
Ia menegaskan biosecuriti harus dijaga karena belum ada vaksin atau obatnya.Obat yang selama ini diberikan hanya untuk penguatan anti bodi saja untuk mengatasi virus, terangnya.
Yetty menuturkan baik Disnakkeswan, peternak dan stakeholder yang lain harus saling membantu dan bekerja sama dalam upaya pencegahan pasca ASF.
“Sehingga kedepannya virus ASF ini dapat dicegah dan tidak terjadi lagi hal yang sama di Kabupaten Mimika tercinta ini,” tandasnya. (Lyddia Bahy)