Timika, Antarpapua.com – Puskesmas Timika mengatakan bahwa malaria menjadi penyakit yang tingkat penyebarannya termasuk tinggi di Timika, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Kepala Puskesmas Timika, dr Mozes Untung mengatakan bahwa malaria menjadi masalah terbesar kedua di tahun 2023, setelah kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Hal itu dikatakan dr Mozes katanya saat ditemui Antarpapua.com, di ruang kerjanya, Puskesmas Timika, Jalan Trikora, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika, Jumat (02/02/2024).
“Sebenarnya penyakit Malaria tidak mengalami peningkatan. Tetapi, kedua kasus ini (ISPA dan Malaria) mendominasi di tahun lalu, dan kemungkinan besar akan berlanjut di tahun ini,” ujar Mozes.
Puskesmas sendiri mencoba metode baru di tahun lalu, yaitu turun lapangan melakukan pemeriksaan massal terhadap semua kampung dan kelurahan yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Timika. Hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya lebih banyak menunggu. Pemeriksaan ini memiliki target 80 persen dari jumlah penduduknya. Ada gejala atau tidak, sehat atau sakit, semua akan diperiksa.
“Datanya masih belum selesai kami rangkum. Hasilnya masih belum terlihat, karena kami terakhir jalan di Desember dan sementara ini masih proses pengerjaan agar bisa segera dipublikasikan. Di suatu kelurahan berapa orang yang diperiksa dan berapa persentase malarianya,” terang Mozes.
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan Puskesmas salah satunya sambungnya adalah, melaksanakan survei jentik untuk mengetahui di daerah mana nyamuknya berkembangbiak banyak. Jika sudah diketahui, maka pihak Puskesmas akan langsung memberikan obat untuk memberantas jentik.
Sedangkan untuk memberantas jentik, Mozes mengatakan kalau itu adalah hal dari masyarakat, dan Puskesmas tidak mengintervensi sampai di situ.
Mozes juga mengatakan, bahwa perilaku masyarakat juga bisa menjadi kendala dalam penanganan kasus Malaria.
Menurutnya, masih banyak masyarakat yang terkena malaria, tidak meminum obatnya sampai habis.
“Jika obat tidak habis, kemungkinan dia akan terulang lagi dan kambuh lagi. Dan kemudian kesadaran masyarakat juga untuk menjaga lingkungan. Seandainya kita rutin secara mandiri memberantas sarang nyamuk di lingkungan rumah kita, seminggu sekali, pasti Malaria bisa kita cegah,” ujar dr Mozes.
Dijelaskan dr Mozes, Puskesmas Timika sudah memiliki rencana khusus penanganan malaria tahun ini, yaitu tetap melakukan screening aktif maupun pasif. Di dalam gedung, maupun melakukan pemeriksaan massal di kampung-kampung yang sudah dijadikan proyek.
Juga melakukan survei larva, jentik-jentik nyamuk lalu memberikan larvasida, membagikan kelambu dan juga penyemprotan. Dan tidak lupa memantau bagaimana si pasien dalam menghabiskan obat, terutama yang berwarna coklat.