Timika, Antarpapua.com – Secara historis, laki-laki mendominasi dalam industri pertambangan, namun setiap generasi perempuan kini berhasil mengatasi hambatan, membuka lapangan kerja untuk lebih banyak perempuan berkarir dalam industri ini.
Inilah cerita perempuan-perempuan tangguh di garda terdepan pertambangan PT Freeport Indonesia (PTFI) sebagai Kartini masa kini.
Rode Yetmince Florence Ajomi, rekan kerja biasa memanggilnya Roce. Menempuh pendidikan di Teknik Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Sebagai Manajer Grasberg Earthworks, tanggung jawab pada hal-hal yang berkaitan pada kelancaran tugas administratif untuk seluruh kru lapangan, dengan tujuan meminimalkan segala hambatan yang dapat mempengaruhi kinerja kerja mereka.
Roce memulai karir sebagai teknisi non-staf pada 21 satu tahun lalu, dengan memanfaatkan setiap peluang untuk mendapatkan pengalaman dan pemahaman terhadap prioritas utama PTFI, keselamatan dan kesehatan seluruh karyawan.
Selama berinteraksi dengan kru di berbagai kesempatan, Roce konsisten menerapkan pendekatan personal dan mendorong terciptanya diskusi secara terbuka. Dia meyakini kesehatan dan keselamatan merupakan tanggung jawab bersama antara manajemen dan karyawan.
Dengan memberikan kesempatan berdialog secara terbuka dengan kru, Roce dan tim yakin dapat membimbing kru untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi kemungkinan kecelakaan dan cedera, sehingga membawa perusahaan lebih dekat ke tujuan produksi yang aman dan berkelanjutan.
Selain itu ada Danis Widowati. Sempat berkuliah di Institut Teknologi Bandung dan belajar Teknik Pertambangan. Danis memulai pekerjaan profesional saya sebagai Fresh Graduate Program di PTFI. Saat ini, terlibat dalam tim Hidrologi yang berperan dalam memitigasi aliran air batuan asam serta kualitas air yang perlu dikelola dari tambang terbuka.
Danis menyadari bahwa menjadi perempuan di industri pertambangan dapat menempatkan kita sebagai minoritas di lingkungan yang didominasi laki-laki. Tapi inilah Danis, bekerja di salah satu perusahaan tambang tembaga terbesar di dunia.
Meskipun menjadi satu-satunya wanita di tim, mereka menghormati ide, pendapat, perspektif, dan kepribadiannya. Mereka memperlakukan Danis dengan sopan dan tidak mendiskriminasi hanya karena sebagai perempuan. Memiliki relasi suportif yang begitu kuat dengan rekan kerja membuat pekerjaan jauh lebih menyenangkan.
Ada pula Sari Widya Apriyani. Yang sempat berkuliah di Teknik Geodesi dan Geomatika di Institut Teknologi Bandung. Sebagai Chief Engineer Database Integration & Reporting System, Sari bertanggung jawab untuk membuat model atau memetakan dan melaksanakan semua aktivitas yang terkait dengan integrasi data dari berbagai sumber ke dalam tampilan yang terorganisir dan terpadu untuk kebutuhan Tembang Bawah Tanah.
Sari memulai pekerjaan profesionalnya sebagai Fresh Graduate Program PTFI. Sempat menjadi bagian dari tim Surveyor yang berperan dalam menyediakan laporan, yang mencerminkan informasi akurat dan rinci tentang survei di Tambang Bawah Tanah.
Sari yakin perbedaan gender bukan penghalang kesuksesan karier. Baginya, kesuksesan sering kali bergantung pada kerja sama sebagai sebuah tim, dan kolaborasi serta membantu orang lain tidak semata-mata hanya berorientasi pada hasil yang lebih baik namun juga memberikan peluang untuk saling belajar dan berkembang.
(Penulis : */PTFI | Editor : Sianturi)