Timika, APN – PT Freeport Indonesia secara resmi menyerahkan dua jembatan gantung kepada Pemerintah Distrik Hoea, Mimika.
Dalam keterangan pers yang diterima antarpapuanews.com, penyerahan tersebut dilakukan Jumat (18/6/2021) di salah satu hotel yang berada di jalan Yos Sudarso, Mimika.
Dalam keterangan pers tersebut disebutkan jika penyerahan adalah wujud perhatian PT Freeport Indonesia (PTFI) kepada masyarakat di sekitar wilayah operasional tambang, PTFI membangun dua jembatan gantung permanent yang menghubungkan Kampung Jinoni ke kampung Kulamaogom (sepanjang 140 meter), dan kampung Dalmaogom ke kampung Mamotoga (sepanjang 150 meter) di Distrik Hoea, Kabupaten Mimika, Papua. Biaya pembangunan dua jembatan gantung tersebut mencapai nilai 1 Miliar Rupiah.
Jembatan Kampung Jinoni ke kampung Kulamaogom merupakan akses bagi warga dari Hoea, Tsinga yang hendak bepergian ke Jila, Bela, Alama, dan Kampung-kampung di sekitarnya. Sedangkan Jembatan Dalmaogom ke Mamontoga menghubungkan dua Kampung yang dipisahkan sungai Jinogong yang sangat lebar dan berarus deras. Jembatan ini memberikan kemudahan bagi masyarakat kedua kampung tersebut, yang menghubungkan sampai ke pusat pelayanan masyarakat (kantor Distrik dan fasilitas kesehatan) di Kampung Dalmaogom.
Sebelumnya perjalanan dari kampung Dalmaogom ke kampung Mamontoga harus di tempuh selama berjam-jam dengan berjalan kaki. (Kalau berangkat pukul 06.00 pagi akan tiba di tujuan pukul 18.00). Sedangkan sekolah hanya ada di Kampung Kulamaogom (30 menit mendaki dari kampung Jinoni).
Lembah Hoea merupakan salah satu area pelayanan Community Relation PTFI dan Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme Kamoro (YPMAK). Penduduk lembah Hoea adalah suku Amungme yang sangat erat kekerabatan dengan suku Amungme di tiga lembah lainnya (Tsinga, Waa, dan Aroanop). Lembah Hoea terdiri dari 6 kampung, yang jika di urutkan dari hilir ke hulu adalah Kampung Puti (kampung di muara), Kampung Jaba, Kampung Kulamaogom, Kampung Jinoni, Kampung Dalmaogom, Kampung Mamontoga (kepala air).
Lembah Hoea dibelah oleh aliran sungai besar, yaitu sungai Hoeanogong, yang merupakan sungai besar pertemuan dari aliran-aliran sungai kecil lainnya yang mengalir ke lembah Hoea. Sebelumnya warga membangun jembatan menggunakan kayu-kayu seadanya dan harus berpegangan pada beberapa utas rotan-rotan di atas sungai Hoenogong yang sangat lebar dan deras serta sangat beresiko.
Nathan Kum, Vice President Community Development PTFI menjelaskan bahwa sebagai mitra Pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan Papua, terutama wilayah di sekitar areal operasi perusahaan, PTFI sudah, sedang dan akan terus berkontribusi bagi pembangunan masyarakat dan wilayah yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan nilai-nilai budaya masyarakat lokal.
”Jembatan gantung di Hoea, adalah satu bukti kolaborasi positive antara masyarakat, Pemerintah dan PTFI. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai SINCERE (Safety, Integrity, Commitment, Respect, dan Excellence) PTFI yang menjadi dasar bagi hubungan PTFI dengan para pemangku kepentingan. Terima kasih banyak kepada para Kepala Kampung, petugas Distrik dan Pemerintah daerah yang berinisiatif memperbaiki dan memelihara sarana umum ini,” ujar Nathan.
Lebih lanjut Nathan menjelaskan, bahwa jembatan gantung di beberapa titik adalah akses strategis untuk menghubungkan 2 titik yang terpisah, sehingga bisa ditempuh oleh masyarakat dengan waktu yang lebih singkat, dan lebih aman. Jembatan gantung ini membutuhkan pemeliharaan yang rutin, sehingga keamanan dan keselamatannya bisa dijamin.
”Keterisolasian daerah dengan topografi yang ekstrim membuat perawatan menjadi sulit dan mahal, kami sangat menghargai inisiatif dan peran serta masyarakat untuk merawat dan memelihara akses ini. Perlu keterlibatan pemangku kepentingan untuk dapat menggerakan mobilitas manusia dan ekonomi di wilayah-wilayah remote area (jauh dari jangkauan umum),” Imbuhnya. (Aji-cr01/***)