Timika, APN – Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Mimika, dr. Antonius Pasulu mengungkapkan, sejauh ini pihaknya belum mendapat laporan keluhan, terkait dampak dari pembakaran sampah medis RSUD.
“Sampai saat ini keluhan terkait dampak dan gejalan akibat asap pembakaran limbah medis RSUD belum kami dapatkan,” ungkap dr. Anton kepada wartawan di Kantor Bappeda, Jalan Poros SP3 pada Selasa (6/6/2023).
Gejala dari asap limbah medis dapat diketahui dengan batuk yang berkepanjangan, dan dapat deteksi melalui gambaran paru.
“Gejala dari asap pembakaran sampah limbah itu dapat kita lihat dari gambaran foto paru, dan itu bisa kita deteksi kalau itu penyebab dari asap, tetapi sejauh ini belum ada keluhan dan gejalanya didapat dari asap pembakaran limbah medis,” ungkap Anton.
Meskipun begitu, RSUD akan melakukan evaluasi terhadap pembakaran limbah medis RSUD, karena pembakaran limbah medis juga berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku.
“Pembakaran sampah limbah juga memunuhi SOP-nya. Kami akan melakukan monitoring, mungkin saja ada SOP yang dilewati. Kami pada dasarnya mendorong agar proses pembakaran limbah medis rumah sakit tidak menimbulkan dampak negatif, baik ke RSUD sendiri dan lingkungan sekitar,” ujar Anton.
Sebelumnya pihak Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) keluhkan asap, yang dihasilkan dari pembakaran limbah medis RSUD.
Keluhan ini disampaikan pihak SATP kepada Wakil Ketua II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Yohanes Felix Helyanan saat melakukan kunjungan kerja ke SATP Rabu (31/5/2023) lalu.
Menurut Kepala bagian Umum Sekolah Asrama Taruan Papua (SATP), Jesly Simon keluhan asap yang dihasilkan limbah medis RSUD Mimika pernah dikomunikasi dengan pihak RSUD Mimika.
“Waktu kami lakukan komunikasi dengan pihak RSUD, mereka akan upayakan sesuai permintaan dari sekolah untuk mengatur jam pembakaran. Yang mana sebelumnya pagi dengan siang hari, terus diubah jadwal malam hari. Tapi malam hari juga tidak dapat menyelasaikan masalah. Sehingga ini perlu menemukan solusi, salah satinya seperti pipanisasi. Kami minta pake pipanisasi agar tidak lagi asap tersebut tidak lagi nyebrang ke kawasan SATP, karena lokasinya berdekatan, dengan SATP dan disana banyak anak-anak yang berada didalam kawasan tersebut,” ujarnya.