Timika, Antarpapua.com – PT Freeport Indonesia (PTFI) terus menunjukkan komitmennya dalam memajukan sumber daya manusia (SDM) di Papua. Salah satu upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan ‘Sampari ke Sekolah, Giat Dongeng Kearifan Lokal’ yang mengajak siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Timika untuk mencintai literasi sejak dini. Kegiatan ini dilaksanakan di Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP).
“Kegiatan berbasis edukasi ini merupakan salah satu langkah berkelanjutan PTFI dalam mendukung pengembangan kapasitas generasi muda Papua. Menanamkan semangat literasi sejak dini adalah investasi jangka panjang yang bertujuan menciptakan generasi Papua Cerdas, Papua Sehat, dan Papua Mandiri, menuju visi Indonesia Emas,” ujar Senior Vice President Community Development PTFI, Nathan Kum, saat membuka acara di SATP, Rabu (11/9).
Nathan Kum menambahkan, literasi dan pembangunan berkelanjutan saling berkaitan erat. Program ‘Sampari ke Sekolah’ yang didukung oleh PTFI dan mitra perusahaan adalah salah satu upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), khususnya Tujuan 4 – Pendidikan Berkualitas, yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Nasional.
Sebanyak 110 siswa SD dan SMP dari SATP serta 19 SMP lainnya di Timika mengikuti kegiatan tersebut. Bersama penulis buku “Sampari si Cenderawasih”, Michael Jakaramilena, anak-anak diajak mendengarkan dongeng edukatif mengenai keberadaan Sampari bagi ekosistem, filosofi Sampari bagi masyarakat Papua, serta pentingnya pelestarian flora dan fauna asli Papua. Kegiatan ini juga disertai sesi menyanyi bersama.
“Sebagai putra daerah Papua, saya merasa tertantang untuk berkontribusi kepada generasi muda. Saya sangat terkesan dengan antusiasme dan inisiatif belajar anak-anak yang luar biasa. Mereka mendengarkan dongeng, menulis cerita, dan bermain dengan penuh semangat. Melalui program ini, kami berharap literasi dapat ditanamkan sejak dini dengan cara yang menyenangkan,” ungkap Michael.
Tokoh utama dalam buku “Sampari si Cenderawasih” adalah burung Cenderawasih merah bernama Sampari. Buku ini ditulis oleh Michael bersama Floranesia Lantang agar anak-anak Papua lebih mengenal dan melestarikan satwa endemik Papua. Buku ini juga mengajarkan mereka untuk mencintai alam dan lingkungan. Terdapat 12 jenis cenderawasih yang menjadi karakter dalam buku setebal 32 halaman tersebut.
“Inspirasi menulis buku ini muncul secara tak terduga saat saya sedang mendongeng untuk anak saya. Di tengah cerita, saya merasa anak saya perlu mengenal alam dan budaya Papua melalui dongeng. Dari sinilah lahir ide untuk menulis tentang cenderawasih, agar anak saya dan anak-anak lainnya dapat belajar tentang warisan alam dan identitas mereka sebagai orang Papua,” kata Michael.
Kepala Sekolah SATP, Johana M.M Tnunay, menyatakan bahwa kegiatan ‘Sampari ke Sekolah’ sangat bermanfaat bagi anak-anak, terutama dalam meningkatkan kemampuan menulis, bercerita, dan menganalisis. “Kehadiran Michael juga menjadi role model dan inspirasi bagi anak-anak bahwa mereka juga bisa berprestasi dan berkontribusi untuk Papua,” ujarnya.
SATP, yang berstatus akreditasi A (unggul), adalah sekolah berbasis asrama yang menampung 1.219 siswa SD dan SMP dari suku Amungme, Kamoro, serta lima suku kekerabatan lainnya yang berada di wilayah sekitar area operasional PTFI. SATP dibangun oleh Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) dan dikelola oleh Yayasan Pendidikan Lokon (YPL) Perwakilan Timika melalui dana kemitraan PTFI. (*/Benten)