Timika, APN – Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) melakukan peluncuran program Eko-Edukasi di Sport Hall SATP, Mimika, Papua, pada Selasa (10/5/2022).
Dalam peluncuran tersebut dirangkai dengan beberapa pertunjuka karya seni, diikuti dengan cara penjelasan cara mambuat pupuk organik dengan cairan eco enyzme dan pupuk kompos organik yang dipersembahkan oleh peserta didik SATP.
Kegiatan puncak peluncuran program Eko-Edukasi adalah penyerahan buku modul pembuatan pupuk kompos, pembuatan pupuk menggunakan cairan Eco Enyzme, penanaman tanaman pengendali vektor Malaria yang diserahkan oleh Ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah-Madrasah (BAN S-M) provinsi Papua sekaligus Dosen FKIP Uncen, Dr.Yulius Mataputun kepada Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika Marten Kana.
Ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah-Madrasah (BAN S-M) provinsi Papua sekaligus Dosen FKIP Uncen, Dr. Yulius Mataputun yang hadir dalam kegiatan mengucapkan terima kasih kepada pimpinan SATP, Yayasan Pendidikan Lokon (YPL) dan Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK).
“PT Freeport serta YPMAK telah memberikan dukungan secara serius terkait dengan pengembangan anak-anak Papua secara khusus suku Amungme dan Kamoro, yang menjadi perhatian utama,” ujarnya.
Yulius juga menyebutkan baik tingkat SD dan SMP di SATP sudah mendapatkan akreditasi unggul, sebab sekolah dikelola oleh yayasan dengan pengelolaan berbasis visioner, profesional dan niat tulus mengembangkan pendidikan.
“Tiga poin itu (pengeloaan institusi pendidikan yang visioner, profesional dam niat) menjadi catatan penting baik bagi yayasan (YPMAK dan YPL) juga untuk semua orang yang mengelola sebuah institusi pendidikan,” katanya.
Sementara itu selaku pendamping program Eko-Edukasi Dosen FKIP Universitas Cendrawasih, Prof. Dr. Auldry F. Walukow menjelaskan eko-edukasi atau pembelajaran berbasis lingkungan sejalan dengan kebijakan internasional, dimana mengharuskan adanya proses pembangunan manusia melalui pendidikan peserta didik berwawasan lingkungan.
“Alasan itulah kenapa dibangunlah eko-edukasi, kalau sampah, limbah cair seperti jelantah (minyak goreng bekas) itu akan mencemari lingkungan, makanya harus dimanfaatkan kembali,” katanya.
Auldry melanjutkan contoh bahaya limbah minyak jelantah jika dibuang ke sungai akan mencemari air dan ikan, dengan tercemarnya dua komponen tersebut maka manusia juga akan tercemar karena mengkonsumsi ikan yang telah tercemar.
“Contoh kasusnya di Mina Mata Jepang, maka ada berkembang penyakit Mina Mata yang menyebabkan keterbatasan berfikir dan mental,” tegasnya.
Alasan lain pentingnya eko-edukasi adalah pendidikan karakter bagi anak, sebab anak sejak dini diajarkan untuk memanfaatkan sampah dan tidak membuang sampah sembarangan.
“Anak pun bisa terdidik dengan 3 R (Reduction (mengurangi), Reuse (pemanfaatan kembali menjadi bahan berguna), Recycle (daur ulang). Jadi anak tumbuh untuk tidak mencemari lingkungan,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SATP Johana MM Tnunay mengatakan program eko-edukasi diharapkan anak-anak dapat belajar soal lingkungan dan bagaimana untuk menjaganya yang diwujudkan dengan adanya praktek atau tindakan nyata.
“Kita harapkan program ini akan terus berjalan dan nantinya membuat sekolah ini bisa berpredikat Eco School bahkan mendapat predikat sekolah Adiwiyata,” katanya.
Kemudian perwakilan Yayasan Pendidikan Lokon (YPL) Oktavianus Vic Rori yang juga Wakil Kepala Perwakilan YPL bidang Pendidikan dan Pembinaan mengatakan
mengusung visi yang komprehensif dan holistik, pada tahun ke-3 pengelolaanSATP, Yayasan PendidikanLokon (YPL) akan terus mendorong Sekolah Asrama Taruna Papua menjadi institusi yang unggul, tanggap, kreatif, dan inovatif dengan mengintegrasikan kebenaran, kebajikan, serta iman untuk memerkasa 2 Suku besar dan 5 suku kerabat lainnya.
“Hari ini komitmen kita menjadi nyata. Proses Pendidikan konteksual Papua yang juga menganut asas diferensial dengan melihat siswa sebagai subjek belajar, telah terimplementasi dalam kerja keras tim kurikulum bersama dengan para guru dan pembina. Dari sini lahirlah modul-modul berbasis permainan edukasi, observasi, dan riset yang gampang, asyik, menyenangkan dan menantang,” katanya.
Seluruh modul pembelajaran kata Vic sudah selesai dikerjakan dan siap untuk digunakan. Dengan berbasis IT melalui platform Microsoft Office 365. para siswa dihantar untuk menerapkan modul tersebut dalam proses, produk, dan presentasi di dalam kelas. Salah satu bagian dari proses utuh tersebut adalah modul eko-edukasi.
“karena itu kami dengan bangga akan meluncurkan produk-produk eko-edukasi yang telah direncanakan, dipelajari, dikembangkan,diproduksi dan dievaluasi oleh para siswa didampingi guru dan pembina. Produk yang akankami luncurkan hari ini adalah Logo SATP Eko-Edukasi, Eco-Enzyme, Pupuk Kompos, Taman dan Tanaman pengendali vektor Malaria, serta modul-modul pembelajaran yang meliputi: Modul Pembelajaran Eco-Enzyme, Modul Pembelajaran Pupuk Kompos, Modul Pembelajaran Budidaya Tanaman Bunga, ModulPenguatan Karakter melalui permainan tradisional, dan Modul Taman Observasi, Diskusi, dan Dialog,” paparnya.
Sementara itu perwakilan PT Freeport Indonesia Vice President Community Development PT Freeport Indonesia, Nathan Kum menyampaikan PT Freeport sangat mendukung karena launching Eko-Edukasi pertama kali ada di Mimika.
“Kedepan kita akan mendukung untuk pengembangan lagi, kemudian PTFI sangat senang tentunya karena kami tidak hanya mendukung proses belajar mengajar secara teori tetapi juga proses belajar kreatif seperti ini (eko-edukasi), ini modal bagi mereka (anak-anak) untuk beberapa puluh tahun kedepan,” ujarnya.
Selanjutnya Feri Magai Uamang, Kepala Divisi Pendidikan YPMAK menyampaikan adanya Eko-Edukasi menjadi warna tersendiri bagi SATP karena merupakan yang pertama dan keunggulan, sebab sekolah yang lain belum memiliki terobosan serupa.
“Ini merupakan warna tersendiri di Kabupaten Mimika, dan warna baru sepwrti ini yang perlu didukung oleh semua pihak,” katanya.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika Marten Kana juga menyampaikan program eko-edukasi bisa menjandi role model bagi sekolah lain di Kabupaten Mimika.
“Peluncuran ini adalah sebagai awal kedepan produk dari eko-edukasi ini harus diuji lahi melalui BPOM, nah kalau itu berhasil dan ada salah satu produk yang bisa digunakan maka itu adalah pencapaian,” ujarnya.