Antarpapua.com – Skoliosis adalah kelainan bentuk tulang belakang yang menyebabkan lengkungan tidak normal ke samping. Meski sering dikaitkan dengan remaja, penyakit ini juga dapat menyerang lansia, terutama akibat proses degenerasi tulang belakang. Salah satu bentuk skoliosis yang umum pada kelompok usia lanjut adalah skoliosis de novo, yaitu skoliosis yang muncul akibat penuaan tanpa riwayat sebelumnya.
Gejala Skoliosis De Novo pada Lansia
Banyak lansia tidak menyadari bahwa mereka mengalami skoliosis de novo. Justru, orang-orang terdekatlah yang lebih dahulu melihat perubahan postur tubuh mereka.
“Pasien sering kali baru menyadari ketika keluarga atau teman memperhatikan bahwa tinggi badannya tampak berkurang. Padahal, itu bukan karena bertambah pendek, melainkan karena postur tubuh yang semakin bungkuk dan miring ke samping,” ujar Phedy.
Beberapa gejala skoliosis de novo yang umum pada lansia antara lain:
- Postur tubuh tidak simetris, seperti bahu atau pinggul lebih tinggi dari sisi lainnya.
- Tubuh semakin miring ke samping atau bungkuk ke depan.
- Nyeri punggung kronis yang semakin parah seiring waktu.
- Muncul punuk pada punggung bawah.
- Cepat lelah akibat postur tubuh yang tidak seimbang.
- Kesulitan berjalan atau berdiri dalam waktu lama.
- Jepitan saraf yang menyebabkan nyeri ke tungkai, kebas, kesemutan, hingga kelemahan otot.
Cara Menangani Skoliosis De Novo pada Lansia
Penanganan skoliosis de novo bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperbaiki keseimbangan tubuh, dan mencegah kelengkungan semakin parah. Berikut beberapa metode yang dapat dilakukan:
1. Terapi Fisik dan Latihan
Latihan fisik membantu memperkuat otot penopang tulang belakang dan meningkatkan fleksibilitas. Beberapa latihan yang direkomendasikan antara lain:
- Latihan peregangan dan yoga untuk meningkatkan fleksibilitas.
- Latihan penguatan otot inti dan punggung untuk menopang tulang belakang.
- Latihan keseimbangan guna mengurangi risiko jatuh.
2. Penggunaan Obat-obatan
Obat pereda nyeri dan antiinflamasi dapat membantu mengurangi rasa sakit akibat skoliosis. Jika pasien juga mengalami osteoporosis, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk menjaga kepadatan tulang.
3. Penggunaan Penyangga (Brace)
Meskipun brace tidak dapat memperbaiki kelengkungan tulang belakang akibat degenerasi, penggunaannya dalam jangka pendek dapat membantu mengurangi beban pada punggung bagi pasien dengan nyeri hebat.
4. Operasi
Operasi menjadi pilihan terakhir jika skoliosis menyebabkan kelengkungan tulang lebih dari 50 derajat, atau gangguan keseimbangan lebih dari 3 cm ke depan atau ke samping yang tidak membaik dengan terapi fisik. Selain itu, prosedur bedah juga disarankan jika terjadi jepitan saraf yang parah hingga menimbulkan nyeri hebat, kebas, kesemutan, atau kelemahan pada tungkai.
“Jika sudah berat, operasi mungkin diperlukan untuk membebaskan saraf yang terjepit, memasang pen untuk menopang tulang, atau memperbaiki keseimbangan postur. Namun, keputusan operasi tetap bergantung pada kondisi masing-masing pasien,” tutup Phedy.
Skoliosis de novo pada lansia bisa menjadi masalah serius jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan yang sesuai sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup lansia yang mengalaminya. Jika Anda atau orang terdekat mulai mengalami gejala-gejala skoliosis, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan terbaik. (Cnnindonesia/Antarpapua.com)