Timika, APN – Sederhananya kondisi Vihara Bodhi Mandala di Mimika seolah menjadi gambaran perhatian Pemkab Mimika terhadap umat Buddha di Mimika.
Bangunan Vihara yang terbagi menjadi dua ruang, luasnya pun tidak begitu besar, hal tersebut terlihat dari ruangannya, yang hanya dapat menampung beberapa puluh Umat Buddha yang saat itu akan melaksanakan Puja Bakti atau ibadah khusus Waisak.
Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Kabupaten Mimika Jemmy Mulyono berharap perhatian dari Pemerintah Kabupaten Mimika untuk bisa membantu pembangunan Vihara pertama di Mimika tersebut.
“Saat ini kita sedang membangun (Vihara) harapannya mungkin dari pemerintah (Kabupaten Mimika) tergerak untuk bisa membantu pembangunan, entah dalam bentuk apapun,” ungkapnya saat ditemui usai kegiatan Puja Bakti di Vihara, Senin (16/5/2022) .
Jemmy melanjutkan selama ini umat Buddha di Mimika belum memiliki Vihara untuk beribadah.
“Kami ingin perhatian yang merata seperti umat agama yang lain dari Pemkab Mimika. Kami tidak iri, hanya saja kami ini juga Agama yang diakui oleh Negara bahkan Dunia,” katanya.
Jemmy juga menceritakan ada dua tempat ibadah khusus umat Buddha yang ada di Mimika, namun itu bukanlah sebuah Vihara, tetapi Centiya atau semacam langgar kecil yang tidak dapat menampung banyak umat apabila akan melaksanakan ibadah.
“Di Timika, sebelumnya ada 2 Cetiya Pertama ada di SP 6 namanya Cetiya Giri Loka, Cetiya Kedua ada didalam Kota, tp di Rumah Umat namanya Cetiya Metta Karuna. Nah, kebanyakan Umat Buddha kan ada di dalam kota, lebih dekatnya ke Cetiya Metta Karuna, tp banyak umat yg sungkan. Mau pergi ibadah harus ijin atau telpon pemilik rumah dulu. Akhirnya dengan berjalan waktu yg cukup lama, di putuskan untuk membangun Vihara,” jelasnya.
Senada pemuka Agama Buddha di Mimika Up. Kantadhammo Kartyadi berharap agar pemerintah Kabupaten Mimika bisa memberikan bantuan agar pembangunan Vihara cepat selesai.
“Walau saat ini dalam pembangunan kami tetap menjalankan ibadah dengan tenang dan hikmad.Harapannya semoga kedepan dukungan dan bantuan dari semua pihak baik tokoh masyarakat dan pemerintah untuk keberlangsungan pembangunan Vihara Bodhi Mandala agar lebih cepat selesai. Jadi kalau ibadah perayaan seperti ini umat bisa lebih khidmat dalam melaksanakan Puja Bakti,” ungkapnya.
Sementara itu Up. Sukhavadhammo Sutanto menambahkan menurut catatan umat Buddha di Mimika ada sebanyak 200 jiwa.
“Walau masih dalam prose pembangunan (Vihara) kami tetap semangat dan antusias. Sesuai tema cinta kasih dalam perayaan Tri Suci Wisak 2566 TB/2022. Kami juga sudah mengadakan bakti sosial dengan berikan bantuan pada warga yang kurang mampu yang diterima sebanyak 28 jiwa di Kampung Naena Muktipura- SP.6 sehingga semua saling berdampingan dan saling bergan dengan dengan rukun damai,” ungkapnya.
Menurut data Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Kabupaten Mimika, Agama Buddha di Mimika pertama kali masuk pada tahun 1995 melalui progran transmigrasi pada era orde baru.
Tercatat sebanyak 20 Kepala Keluarga (KK) umat Buddha yang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) tiba di Mimika tinggal dan tersebar di wilayah Satuan Pemukiman (SP) 3, 5, 6 dan 7.
Namun 10 tahun berjalan umat Buddha yang datang ke Mimika pun pulang kembali ke wilayah asal mereka karena minimnya pelayanan peribadatan disebabkan tidak adanya rohaniyawan dan tempat beribadah.
Pada tahun 2004 karena didesak pentingnya rumah ibadah, umat Buddha di Mimika pun membangun Cetiya pertama dengan nama Metta Karuna.
Pembangunan Cetiya Metta Karuna yang terletak di lantai II sebuah Ruko diprakarsai oleh Bhikkhu Padmanando dan 25 umat Buddha dari Jayapura.
Karena semakin bertambahnya umat Cetiya kedua pun dibangun pada tahun 2006 dengan nama Cetiya Giri Loka yang dibangun secara swadaya oleh umat Buddha di Sp 6 bersama dengan Bikkhu Dharma Giri.
Meskipun dua cetiya telah dibangun, ternyata tetap tidak cukup menampung umat Buddha di Mimika yang terus bertambah, atas dasar inilah umat pun memutuskan diperlukannya sebuah Vihara.
Pembangunan Vihara pun mulai direncakan setelah ada donatur yang menyerahkan tanah seluas 9.584 m2 yang terletak di Jalan Hasanuddin Mimika, Papua.