Warisan Kepemimpinan: Florentinus Beanal Lanjutkan Tongkat Estafet Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme dari Almarhum Tom Beanal

Antar Papua
Florentinus Beanal, Anak Pertama dari Almarhum Bapak Tom Beanal

Timika, Antarpapua.com – Dua tahun setelah kepergian tokoh adat Papua yang disegani, Tom Beanal, masyarakat Amungme mengenang bukan hanya jasa-jasanya, tetapi juga warisan besar yang ditinggalkannya: sebuah tanggung jawab luhur untuk menjaga jati diri dan keberlangsungan nilai-nilai masyarakat adat.

Salah satu warisan penting yang kini terus dijaga adalah penunjukan Florentinus Beanal, anak pertama almarhum, sebagai penerus kepemimpinan Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (LEMASA).

Semasa hidup, Tom Beanal bukan hanya dikenal sebagai anggota Komisaris PT. Freeport Indonesia dan tokoh nasional, tetapi juga sebagai pendiri LEMASA, pejuang hak-hak masyarakat asli Papua, serta pemimpin rohani yang pernah melayani sebagai pastor. Ia adalah sosok yang merintis jalan bagi masyarakat adat untuk duduk sejajar dalam diskusi pembangunan dan menjadi pelopor dalam memperjuangkan kedaulatan adat di atas tanah leluhur.

Dalam wawancara khusus bersama istri almarhum, terungkap bahwa sebelum menghembuskan napas terakhir pada 29 Mei 2023 di Singapura, Tom Beanal telah menyampaikan amanat penting: agar anak pertamanya, Florentinus Beanal, melanjutkan peran sebagai tokoh pemimpin Lembaga Adat Amungme dan penjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan sejak lembaga adat itu berdiri.

“Bapak sudah beri mandat kepada Florentinus Beanal untuk meneruskan kepemimpinan. Dia bukan hanya anak, tapi juga penerus pikiran besar bapak soal tanah, adat, dan martabat orang Amungme,” ungkap istri almarhum.

Lebih jauh, ia mengungkapkan bahwa Tom Beanal sendiri menyampaikan secara langsung bahwa Florentinus Beanal adalah pendiri LEMASA (Toreynegel), sebuah pengakuan penting yang menandai bahwa perjuangan ini bukan hanya diturunkan, tetapi juga dimulai kembali dalam bentuk semangat baru.

“Bapak bilang sendiri, Florentinus itu bukan hanya penerus, tapi pendiri juga untuk lembar baru di LEMASA (Toreynegel). Itu bukan sembarang penunjukan, tapi wasiat,” tegasnya.

Saat ini, LEMASA sendiri tengah menghadapi tantangan internal berupa terpecahnya lembaga menjadi tiga kubu. Bahwa LEMASA yang sah secara hukum dan sejarah adalah lembaga yang didirikan langsung oleh almarhum Tom Beanal dan diakui dalam kesepakatan MoU 2000 bersama PT. Freeport Indonesia, serta telah disepakati dan disahkan oleh seluruh lapisan masyarakat Amungme, Kamoro, dan lima suku kerabat lainnya.

“LEMASA yang ditunjuk untuk dilanjutkan oleh Florentinus Beanal adalah lembaga yang sah, karena hanya lembaga itu yang membuat MoU 2000 dengan Freeport. Itu bukan sembarang kesepakatan, tapi buah dari perjuangan panjang dan sejarah besar orang Amungme,” lanjutnya.

Ia menambahkan bahwa dalam dinamika internal yang sering menimbulkan konflik, justru lembaga inilah yang sejak awal menjadi wadah resmi keterlibatan masyarakat adat dalam relasi dengan perusahaan tambang terbesar di Papua tersebut. Oleh karena itu, keberlangsungan dan eksistensinya harus dipertahankan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah.

“Itulah lembaga yang diperjuangkan oleh bapak, dan kini diwariskan ke anaknya. Harus dihormati dan dijaga,” tutupnya.

Penunjukan Florentinus Beanal sebagai penerus tidak hanya merupakan simbol penghormatan keluarga, tetapi juga pesan kuat kepada seluruh masyarakat Papua dan Indonesia bahwa kepemimpinan adat harus dilanjutkan oleh orang-orang yang memahami akar perjuangan.

Florentinus Beanal kini memegang tanggung jawab besar sebagai simbol keberlanjutan kepemimpinan adat Suku Amungme. Dalam konteks perubahan sosial dan pembangunan di Papua, tokoh-tokoh seperti beliau diharapkan dapat menjadi jembatan antara nilai adat dan dinamika modernisasi, serta menjaga semangat kedaulatan budaya dan martabat suku di tengah arus zaman. (Redaksi)

Cek juga berita-berita Antarpapua.com di Google News