Dinkes Mimika Ajak Lintas Sektor Cegah AKI, AKB, dan Stunting

Advertisements
Advertisements
Advertisements
Advertisements

Timika, APN – Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika menggelar Pertemuan Lintas Sektor terkait percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) serta stunting tingkat kabupaten tahun 2021, di hotel Grand Tembaga, Selasa (29/6/2021).

Baca Juga |  Pemerintah Kutuk Keras Pelaku Pencabulan Terhadap 25 Anak Papua

Tujuan kegiatan tersebut yaitu memberikan informasi dan menyamakan persepsi bahwa untuk mempercepat penurunan AKI, AKB, dan stunting diperlukan kerja sama lintas sektor.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Mimika Leni Silas mengatakan kematian bayi adalah bayi pada usia 0 sampai 11 bulan termasuk neonatal yang meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu, di Indonesia di 305 per 100.000 AKN, 15 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk kabupaten Mimika  berdasarkan laporan Puskesmas di Dinas Kesehatan tahun 2020 kematian ibu berjumlah 3 orang, jumlah kematian neonates  berjumlah 15 orang.

Sementara terkait penurunan stunting, menurut Leni masih perlu meningkatkan kualitas pelaksanaan.

Lanjutnya, rekomendasi tindakan perbaikan layanan yang perlu diprioritaskan untuk memastikan akses rumah tangga 1.000 HPK, adalah penguatan koordinasi, baik antar OPD dalam sinkronisasi program kegiatan maupun koordinasi antara Distrik dan Kelurahan/Desa dengan dukungan Distrik.

Sementara Yulianus Sasarari Asisten I bagian pemerintahan Kabupaten Mimika mengatakan Pemerintah Kabupaten Mimika terus berkomitmen dalam mengedepankan urusan di bidang kesehatan melalui program prioritas guna tercapainya kesehatan masyarakat di kabupaten Mimika.

Foto bersama kegiatan Dinkes Mimika dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain dalam Kegiatan Percepatan Penurunan AKI, AKB, dan Stunting (Senin/29/6/2021)

“Setidaknya ada beberapa program prioritas yang menjadi fokus yaitu percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) serta pencegahan stunting,” kata Yulianus Sasarari salam sambutannya.

Yulius melanjutkan, angka kematian ibu dan bayi baru lahir cukup tinggi di Indonesia. Faktornya meliputi kehamilan di bawah umur, kurangnya pengetahuan kesehatan sebelum dan selama masa kehamilan serta sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan yang belum memadai.

“Dengan adanya pertemuan ini, diharapkan akan meningkatnya kerja sama yang lebih baik antar semua komponen untuk mendukung pelaksanaan kesehatan ibu dan anak demi mewujudkan aksi nyata dalam mengatasi AKI, AKB, dan stunting,” tegasnya. (Aji-cr01)