Timika,APN – Kepala Kampung (Kepkam) Nawaripi, Distrik Wania Kabupaten Mimika Norman Ditubun mempertanyakan penyebab warga RT 5 Kampung Nawaripi, tidak mendapatkan jatah minyak tanah dalam operasi pasar murah II yang berlangsung di SMA Negeri 1 Mimika, Kamis (16/12/2021).
Kepala Kampung Nawaripi, Norman Ditubun mengaku sangat kecewa dengan penentuan lokasi operasi pasar murah minyak tanah yang berlangsung di Halaman sekolah SMA Negeri 1, karena banyak warga sekitar tidak mendapatkan kebagian minyak tanah dan diduga ada oknum yang membatasi jatah warga.
“Ada warga dari RT 5 itu datang kesana tapi kata mereka disana terbatas, sehingga pintu pagar sekolah itu ditutup. Ini ada apa? dan dilihat dari sisi mana sehingga Disperindag harus laksanakan distribusi minyak tanah dilingkungan sekolah,” ungkap Kepala Kampung Nawaripi, Norman Ditubun saat ditemui Awak media di Kantor Balai latihan kerja (BLK) Merah Putih Kampung Nawaripi.
Menurut Norman, keluhan warga dari RT 5 ini menjadi pertanyaan besar, pasalnya satu tangki mobil minyak tanah itu isinya 5000 liter dan seharusnya bisa mengakomodir semua warga, namun hal itu tidak sesuai harapan warga lainnya yang tinggal dekat dengan lingkungan sekolah.
“kalau kita lihat yang ada dalam lingkungan sekolah itu hanya berapa rumah, ditambah ada warga dari beberapa RT seperti RT 5, RT 7, RT 16 ,RT 8 dan RT 13. Tapi kenapa banyak warga yang tidak dapat. Ini pasti ada permainan. Bahkan ada laporan dari warga yang sempat mengabadikan gambar ada pengecer yang datang membeli minyak tanah lalu menjualnya ke warga lain dengan harga tinggi, mohon Disperindag menelusuri dugaan ini, bila perlu harus ada tindakan tegas,” tegasnya.
Norman menambahkan akibat dari hal tersebut sempat terjadi keributan antar warga yang ada di lokasi BLK Merah Puti Kampung Nawaripi yang lagi mengantri minyak tanah dari pagi hingga sore karena banyak warga yang seharusnya mendapat minyak tanah di lingkungan sekolah tersebut tidak mendapatkan haknya.
“Kami butuh perhatian dari anggota DPRD Mimika, Kepala Disperindag Mimika dan Bupati Mimika untuk menindak tegas bila benar ada permainan dilokasi penyaluran di SMA Negeri 1,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu ibu rumah tangga dari RT 5 yang tidak menyebutkan namanya membenarkan hal tersebut. Menurutnya, ada dugaan jatah yang diberikan tidak semua tersalurkan dan diperjual belikan kepada pengecer.
“Saya memang agak terlambat kesana sambil bawa jarigen kesana, tapi sampai disana katanya mereka sudah terbatas dan tidak bisa ambil lagi sehingga harus datang ke lokasi BLK Kampung Nawaripi untuk mendapatkan minyak tanah,” tutur ibu rumah tangga tersebut sambil ngosan – ngosan karena buru – buru untuk mengantri minyak tanah di BLK Kampung Nawaripi.
Sementara itu, Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Mimika, Selfina Pappang, ketika dikonfirmasi soal hal tersebut, mengaku lokasi penentuan halaman sekolah SMA N 1 karena susah mendapatkan lokasi atau area umum.
“Saya tadi memantau dua lokasi penyaluran Pasar murah di Kampung Nawaripi dan sudah sesuai prosedurnya, kalaupun ada dugaan minyak tanah yang dijual warga ke pengecer itu diluar kemampuan dan pengawasan Disperindag. Memang tadi warga sangat banyak antre untuk mendapatkan Minyak tanah sementara jatah penyaluran terbatas hanya 5.000 liter sehingga warga antre di lokasi BLK Kampung Nawaripi,” tutupnya. (Anis)