Umum  

Kisah Musawir, Barista yang Terlahir dari Hobi dan Mogok Kerja

Antar Papua
Musawir, sedang meracik produk kopi di meja bartender Black Coffee, Jalan Perjuangan, Senin, (14/3/2022). (Foto: Wahyu/APN)
Advertisements
Advertisements
Advertisements
Advertisements

Timika, APN – Industri kopi Papua semakin hari semakin menunjukan kenikmatannya. Kesegaran kopi Papua jadi pemikat dan jadi buruan para penikmat kopi dari Indonesia hingga luar negeri. Peluang itulah yang ditangkap Musawir, salah satu barista yang namanya sudah tidak asing lagi di industri olah mengolah si hitam pahit ini.

Menjadi barista tampaknya jadi pilihan manis pria kelahiran Makassar 29 Desember 1973 itu usai mencicipi pahitnya pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahan tambang terbesar se Indonesia pada pertengahan tahun 2017 lalu. Dirinya mendapat PHK karena melakukan mogok kerja bersama lebih dari 8.300 pekerja saat itu.

Sambil menyeruput kopi, ditemani detik yang perlahan berlalu hingga sore yang berpapasan dijalan buntu, Musawir mengisahkan awal mulanya menjadi barista pada antarpapuanews.id.

Setelah berhenti menjadi karyawan perusahaan, Musawir yang hampir menyentuh usia senja lantas tekun membuka usaha kedai kopi rumahan di kediamannya. Namun sebelum membuka usaha kopi, rupanya ia lebih dulu tekun sebagai seorang fotografer beberapa tahun silam sebelum bekerja di perusahaan tambang, kemudian beralih profesi menjadi barista.

Menurut Musawir, berprofesi sebagai seorang fotografer terutama diwaktu tertentu seperti menjelang senja akan terasa lebih sempurna jika ditemani secangkir kopi juga sebungkus rokok. Kopi, rokok dan senja menjadi satu hal ganda yang tak bisa diganggu-gugat bagi fotografer seperti dia.

“Karena saat tunggu golden sunset itu memang enaknya ngopi dulu,” katanya.

Sebelum membuka kedai kopi, Musawir juga pernah membuka usaha audio mobil di Jl. Belibis. Ia kemudian membuka kedai kopi atas asumsi rekan-rekannya yang ingin menjadikan kedai tersebut sebagai tempat berkumpulnya rekan-rekan eks pekerja perusahaan.

Kedai kopi pertama yang dibuka Musawir yakni terletak di Jl. Ahmad Yani dekat Masjid Besar Al-Fur’qan dengan nama Black Coffee. Di jalan Ahmad Yani Mimika, usaha kedai kopi Musawir bertahan cukup lama, setidaknya tiga tahun. Di sana ia menjual beragam merek kopi ternama dari berbagai penjuru nusantara.

Ia kemudian hengkang dan kembali membuka kedai kopi di rumahnya yang beralamat di Jl. Perjuangan, Kelurahan Timika Indah, Distrik Mimika Baru, Mimika Papua dengan menjual serta menyediakan stok kopi dari lima puluhan lebih produk kopi asli dari pegunungan Papua.

Dunia kopi bukanlah hal yang baru bagi Musawir. Pasalnya, pertama kali ia terjun ke dunia kopi sejak tahun 2013 lalu. Dimana dirinya mulai akrab bercengkrama mengenal kopi bersama seorang rekannya bernama Hery. Kisah-kisah manis dan pahitnya kopi telah dilalui bersama.

Betapapun itu, pilihan menjadi barista merupakan salah satu jalan baginya untuk dapat menyantuni dan mengakrabi hobi yang sejak lama telah ia tunggangi tanpa keterikatan waktu bahkan kontrak kerja dan potongan gaji sebagai hukumannya. Jika dibandingkan dengan profesinya sewaktu menjadi karyawan perusahaan, ia mampu meraup hasil hingga puluhan juta per bulannya. Namun hal itu sungguh sangat menyiksa, lantaran jam kerja yang sering menjadi hantu setiap bangun tidur.

“Disetiap kau membuka mata dari tidur nyenyakmu, saat itu hari beranjak subuh, suara adzan mulai dikumandangkan di masjid, atau bunyi lonceng sudah terdengar di menara gereja pertanda Tuhan memanggilmu untuk beberapa menit bersamanya sebelum hendak berangkat kerja. Disaat yang sama, waktu kerja lantas berpapasan di depan mata, dengan berbagai konsekuensinya, dan kau lebih memilih untuk meninggalkan suara adzan atau bahkan lonceng gereja dan bergegas untuk berangkat kerja. Begitulah sekiranya yang terjadi bahwa anda akan seefisien mungkin menghindarkan diri dari segala hukuman,” lanjutnya.

Musawir menyediakan kopi asli Papua karena seluruh pengunjung yang mampir di Kedai Kopi miliknya sebagian besar berasal dari luar Papua dan mencari kopi asli Papua.

Sementara itu, Musawir sendiri tak pernah berpikir atau sedikitpun mempedulikan penghasilan dari usaha kopi miliknya karena yang terpenting baginya adalah untuk dapat memberikan edukasi yang baik tentang manfaat kopi, memperkenalkan produk kopi asli Papua serta cara menyajikan, menikmati kopi yang benar dan sehat kepada masyarakat.

“Pada dasarnya saya bukan kedai kopi ini tujuan utama saya adalah biar orang-orang tahu bahwa kopi di Timika itu ada, dan minum kopi yang sehat itu bagaimana. Itu tujuan saya. Disamping itu ya sudah hobi juga,” ujarnya.

Pun kalau ada yang bertanya tentang pendapatan selama dirinya membuka usaha kopi, hingga kini Musawir tidak mengetahui secara pasti tentang kendala yang dialaminya sejak pertama kali memulainya. Karena dijelaskannya, kendala yang sering ia temui adalah kesempatan membuka kedainya.

Bahkan, Musawir sendiri tidak mengetahui kapan waktu ramai pengunjung dan kapan waktu sepi pengung. Menurutnya setiap waktu akan menjadi nikmat baginya untuk menyeduh dan menikmati kopi berdasarkan cinta dan hobi.

“Kadang Sa juga bingung, kalau orang tanya Blackcoffe rame? Sa jawab sampai sekarang Sa tidak tahu yang mana rame yang mana sepi. Karena tidak ada orang pun ya Sa tetap nikmati kopi. Nah disaat itulah Sa bisa eksplore Sa punya kopi,” ujarnya sambil melanjutkan ceritanya.

Kendati demikian, pendapatan yang diraup Musawir hingga kini dikatakannya cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Ia selalu bersyukur atas apapun yang diraih.

Bisa dikatakan, kecintaan Musawir terhadap kopi tak perlu diragukan lagi. Baginya kopi adalah ideologi, dan saking idealisnya terhadap kopi, pengunjung hanya dapat menemukan berbagai menu minuman kopi dengan berbagai metode seduhan manual di kedai kopi miliknya dan tak ada satupun cemilan atau varian minuman lain sebagai menu tambahan. Namun belakangan beberapa menu tambahan terpaksa disediakan. Menu-menu yang kini ditambahkan menurut Musawir adalah usulan dari sang istri.

“Itu kalau bukan istri yang suruh kasih masuk coklat, grentea dan lain-lain itu tidak bakalan ada, ini bukan dorongan tapi keterpaksaan.” terangnya sambil tertawa.

Musawir sendiri memiliki harapan yang sangat besar bagi warga masyarakat Kabupaten Mimika yang hingga kini masih terus bersarang lantaran banyak masyarakat yang masih ragu-ragu bahkan takut mengkonsumsi kopi tanpa gula. Ia melihat hal itu sebagai suatu kejanggalan.

Seharusnya masyarakat dapat menyadari bahwa manfaat kopi sangat berguna bagi tubuh. Riset menyebutkan, meminum kopi sedikitnya dua cangkir sehari dapat meningkatkan harapan hidup hingga dua tahun.

Seperti dilansir dari laman resmi Kompas.com, riset ini telah dipublikasikan dalam European Journal of Epidemiology, dan dilakukan dengan menganalisis studi terdahulu tentang manfaat minum kopi. Dengan menganalisis 40 studi yang meliputi 3.852.651 subyek dan 450.256 penyebab kematian, peneliti menemukan bahwa meminum kopi dapat menurunkan risiko kematian dini karena sebab apapun.

Bahkan, manfaat tersebut bisa kita dapatkan terlepas dari usia, status kelebihan berat badan, minum alkohol, status merokok, dan kandungan kafein dalam kopi yang dikonsumsi itu sendiri.

“Harapan saya sebetulnya orang betul-betul bisa menikmati kopi. Karena untuk saya pribadi sudah mencoba sendiri meminum kopi tanpa gula itu tanpa sarapan pun saya belum pernah terganggu dengan yang dinamakan asam lambung, bahkan maaf kambuh. Bahkan ada beberapa orang yang minum kopi di Kedai (Black Coffee) ini minum kopi tanpa gula asam lambung tidak terganggu. Bukan berarti sembuh ya tapi tidak terganggu saat diminum.” ujar Musawir.

Dari hasil riset menurut peneliti, konsumsi kopi moderat seperti dua hingga empat cangkir sehari- dapat menurunkan semua kematian spesifik dan penyebabnya jika dibandingkan dengan orang-orang yang tidak mengonsumsi kopi.

Selain meningkatkan harapan hidup, minum kopi juga mengurangi resiko perkembangan kanker dan kematian karenanya. Serta penyakit kardiovaskular, diabetes, hingga penyakit pernapasan.

Riset ini dilakukan untuk menguji hubungan antara kopi dan kematian di berbagai subpopulasi berdasarkan karakteristik subjek, seperti penuaan, obesitas dan faktor gaya hidup lainnya yang memengaruhi kematian. Ini bukan pertama kali manfaat kesehatan dari mengonsumsi kopi dibuktikan lewat riset ilmiah dan masih banyak hasil riset lain yang dilakukan peneliti tentang manfaat kopi bagi tubuh.

Hingga kini, kecintaannya terhadap kopi semakin menjulang ke langit. Musawir berharap suatu saat nanti dapat membawa kopi kepada setiap jiwa yang ingin menikmati.

“Kalau bisa saya bisa sajikan satu Timika, saya malah lebih senang lagi. Kalau satu Timika mencintai kopi,” pungkasnya.

Cek juga berita-berita Antarpapua.com di Google News

Penulis: WahyuEditor: Sani