Antarpapua.com – Poliomyelitis atau lebih dikenal dengan sebutan polio adalah salah satu penyakit yang menyerang sistem saraf dalam tubuh. Ya, polio adalah penyakit yang dapat menimbulkan kelumpuhan permanen pada penderitanya.
Penyakit polio disebabkan oleh infeksi virus yang bernama poliovirus. Karena itulah, vaksinasi pada anak penting untuk dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi virus polio tersebut.
Apa Itu Penyakit Polio?
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menular. Paparan virus ini memicu cedera saraf yang berisiko menyebabkan kelumpuhan, kesulitan bernapas, hingga kematian.
Meskipun penyakit ini sangat rentan dialami oleh anak-anak, bukan berarti orang dewasa tidak berisiko terpapar penyakit polio. Melakukan pencegahan yang tepat menjadi tindakan yang efektif untuk menghindari paparan virus penyebab polio.
Penyebab Polio
Penyakit ini disebabkan oleh virus polio. Biasanya, penularan terjadi melalui kontak langsung atau mengonsumsi air dan makanan yang telah terkontaminasi dengan feses yang mengandung virus polio. Meskipun tidak memiliki gejala, tetapi pengidap polio tetap bisa menularkan virus polio kepada orang lain.
Faktor Risiko Polio
Orang-orang yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini adalah:
- Orang yang tinggal di daerah terpencil dengan sulitnya akses air mengalir yang bersih terutama untuk MCK.
- Ibu hamil dengan HIV positif.
- Anak-anak yang tidak divaksinasi.
Bagi orang-orang yang tidak pernah divaksinasi, risiko tertular penyakit ini akan semakin tinggi, bila:
- Bepergian ke daerah yang baru saja terjadi wabah polio.
- Tinggal atau merawat pengidap polio.
- Bekerja dengan spesimen virus.
- Sudah menjalani operasi tonsilektomi.
Gejala Polio
Gejala penyakit polio dialami berbeda-beda oleh setiap pengidapnya. Bahkan, 95 hingga 99 persen pengidap polio tidak mengalami gejala. Berikut beberapa gejala polio yang perlu diwaspadai:
Gejala dari polio tipe non-paralisis:
- Demam.
- Nyeri menelan.
- Nyeri kepala.
- Muntah.
- Lemas.
- Meningitis.
Gejala dari polio tipe paralisis:
- Gejala awal yang muncul dapat menyerupai polio tipe non-paralisis namun setelah satu minggu, gejala lainnya akan mengikuti.
- Kehilangan refleks.
- Nyeri otot dan kram otot yang parah.
- Kaki menjadi terkulai.
- Paralisis yang terjadi tiba-tiba, hal ini dapat bersifat temporer maupun permanen.
- Kelainan ekstremitas bawah, terutama pada pinggul dan pergelangan kaki.
Gejala sindroma paska polio:
Polio sangat mungkin untuk muncul kembali meskipun seseorang telah dinyatakan sembuh. Hal ini dapat terjadi 15 – 40 tahun setelah seseorang pertama kali terinfeksi. Gejala yang sangat umum terjadi antara lain adalah:
- Kelemahan pada otot dan sendi.
- Nyeri otot yang terus memburuk.
- Menjadi mudah lelah dan lesu.
- Berkurangnya massa otot.
- Kesulitan dalam menelan dan bernapas.
- Sleep-apnea, gangguan bernapas pada saat tidur.
- Rendahnya toleransi terhadap coach dinging.
- Depresi.
- Masalah dalam konsentrasi dan daya ingat.
Diagnosis Polio
Diagnosis dari polio sendiri ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Dalam anamnesis, dokter akan mencari gejala-gejala yang muncul, kemudian melalui pemeriksaan fisik dokter akan mencari tanda-tanda penyakit seperti adanya kaku kuduk, dan kelainan pada refleks.
Pemeriksaan penunjang melalui pemeriksaan swab tenggorok, pemeriksaan feses dan analisis cairan sistem saraf pusat juga dapat dilakukan untuk mencari keberadaan dari virus polio.
(*halodoc.com/Antarpapua.com)