Timika, APN – Puskesmas Timika gelar kegiatan lokmin lintas sektor, untuk membahas permasalahan kesehatan yang ada di masing-masing kelurahan atau kampung yang ada di wilayah kerja Puskesmas Timika
Inti dari kegiatan ini, kami ingin mempresentasikan atau memberikan paparan hasil pelayanan Puskesmas. Hasil pendataan keluarga sehat atau hasil program Puskesmas selama 2 tahun ini, yaitu tahun 2019 – 2020. Inilah yang kami presentasikan dan inilah masalah kita ini,” jelas Kepala Puskesmas Timika, dr. Moses Untung di Hotel Serayu Jalan Yos Sudarso Timika, Jumat (19/02).
Kepada APN, dr. Moses Untung mengatakan, kira-kira masalah ini, cara penyelasaiannya seperti apa? Sehingga penyelasaiannya itu, kemudian akan ditindaklanjuti. Pertemuan ini nanti akan berlanjut sesuai dengan siklus Puskesmas.
Nantinya juga, lanjut dr. Untung, setiap tiga bulan sekali akan dilakukan evaluasi lagi. Apakah kemudian yang telah disepakati ini telah kita jalankan.
Kendala-kendala yang ditemukan di Puskesmas Timika selama dua tahun terkahir atau 2019 – 2020, pertama adalah akses kesehatan, pelayanan-pelayanan dasar seperti cakupan Ibu hamil, cakupan penimbangan bayi, cakupan imunisasi.
Idenya yang belum mencapai standar. Kemudian penyakit malaria, TBC, hipertensi, DM. Itu yang mulai meningkat dan juga keterlibatan masyarakat masih kurang, sehingga perlu ditingkatkan,” kata dr Untung.
Dalam acara yang sama juga dikatakan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Lenni Silas, S.KM bahwa pihaknya juga selalu menyediakan program layanan bagi masyarakat, tetapi ketika warga yang punya wilayah tidak mengetahuinya maka itu juga akan tidak ada artinya.
Alasannya, karena peran warga masyarakat sebagai pemilik wilayah itu sangat penting. Karena sesuai dengan hasil analisa bahwa, ketika pihak Dinas Kesehatan bekerja bersama jajaran Puskesmas yang dipimpin Kepala Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. Kerja sekeras apapun, hasilnya tetap cuma 30 persen dan puji Tuhan ada yang mencapai 50 persen.
Lenny Silas mengatakan dari hasil analisa dijelaskan bahwa, ketika orang kesehatan bekerja sendiri, hasilnya paling tinggi 30 persen. Namun ketika dilakukan dengan bekerjasama maka harapan untuk mencapai hasil 70 persen itu bisa dilaksanakan karena dilakukan secara lintas sektor.
Kalau masyarakat terlibat didalamnya sebagai pemilik wilayah, tentunya ada kekuatan bagi kami dari pihak kesehatan karena itu berarti kami mempunyai dukungan dari masyarakat,” pesannya. (Anis-cr02).